Mohon tunggu...
Abdurrahman Ar-rasya
Abdurrahman Ar-rasya Mohon Tunggu... -

Menulis Adalah Ekspresi Jujur, tanpa Topeng dan merupakan karya sederhana dalam berbagi segala hal yang bisa kita tulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sinergi Islam Berkemajuan dan Islam Nusantara

29 Juli 2015   05:56 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:09 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang Mukhtamar Muhammadiyah dan NU yang akan digelar dalam waktu dekat, di negeri kita tampaknya memang sering terjadi perbedaan pendapat dalam keislaman, mulai hal kecil sampai besar, termasuk istilah “Islam Nusantara” yang digaungkan oleh Nahdlatul Ulama dan istilah “Islam Berkemajuan” oleh Muhammadiyah. Belum lagi, ormas-ormas lain di luar keduanya yang mungkin juga sama-sama menggaungkan tema yang berbeda.

Pada muktamar Muhammadiyah dan NU, NU dengan menyebutkan Islam nusantara ingin menunjukkan wajah Islam yang menyukai kedamaian, penuh toleransi, menghargai dan menghormati orang lain, moderat, adaptif terhadap kultur masyarakat asalkan tidak bertentangan dengan syari'at, dan semacamnya. Sehingga NU berusaha memberikan pemahaman kepada bangsa Indonesia khususnya bahwa Islam yang dibawa oleh para pendahulu adalah islam yang cinta kasih, penuh dengan kedamaian, saling menghormati dan menghargai sehingga, menjaga tradisi dan melestarikan adat istiadat yang tidak bertentangan dengan aturan-aturan islam. Said Aqil menjelaskan Islam Nusantara adalah Islam yang menghormati adat dan budaya, gabungan antara semangat Islam dan kebangsaan".

Lainhalnya dengan Muhammadiyah yang mengusung tema Islam berkemajuan. Walaupun pada dasdarnya sebutan Islam maju itu sebenarnya bukan hal baru. Karena pendiri dan Para tokoh Muhammadiyah terdahulu juga sejatinya memang selalu menggunakan istilah kemajuan dan menggembirakan, semisal KH. A. Dahlan, AR Fachruddin dan tokoh-tokoh lainnya, semasa hidup beliau ketika sedang dalam berdiskusi atau bercerah seringkali menyebut Islam berkemajuan. Dan islam berkemajuan menjadi sesuatu yang sangat familiar dikalangan para tokoh muhammadiyah dan masyarakat Muhammadiyah, dan hal ini pula yang seringkali disampaikan oleh para tokoh Muhammadiyah bahkan hingga saat ini menjelang menjelang muktamar Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah memaknai bahwa dunia ini selalu berubah dan berkembang, maka Islam yang bersifat universal harus mampu merespon perubahan dan perkembangan itu. Agar Islam yang selalu mewarnai kemajuan jaman bukan jaman yang mewarnai islam. Karena dalam al-qur'an jelas bahwa setiap permasalahan baik masa silam, hari ini dan yang akan datang tentunya semua jawaban itu ada di dalam Al-qur'an. Islam berkemajuan harus menjadikan masyarakat islam yang maju dari berbagai sendi-sendi kehidupan, terlebih dalam kegiatan sosial amaliah. Bahkan Din syamsudin mengatakan  "Kemajuan yang dimaksudkan adalah Islam yang mampu beradaptasi, mengakomodasi serta menyesuaikan diri secara tegas dengan dinamika zaman,”.

Kenapa islam berkemajuan dan Nusantara menjadi dua tema yang sangat menarik untuk diselidiki dan di kaji, karena subtansi dari keduanya akan menentukan arah gerak dan perjuangan serta merepresentasikan islam dimasa yang akan datang. Sehingga akan sangat menarik bahwa kedua tema tersebut saat ini menjadi tema yang sangat hangat diperbincangkan menjelang Mukhtamar keduanya. 

Dan pada akhirnya kita berusaha untuk sepakat tidak perlu 'berselisih' pada istilah, namun lebih pada substansi. Sehingga dengan demikian, umat Islam di negeri ini akan lebih saling melengkapi, menerima dan mencintai perbedaan sebagai rahmat yang dikaruniakan oleh Allah SWT bukan sebagai laknat sehingga yang timbul adalah rasa saling merasa paling benar dan melupakan tugas bahwa Islam di Indonesia adalah islam yang Nusantara yang Berkemajuan. Sibuk mengurus organisasi masing-masing dan berdebat panjang lebar hingga lupa pada tatanan grasroot yang menjadi akar tumbuhnya islam yang rahmatan lilalamin. Hal ini tentu akan sangat disayangkan, Muhammadiyah dan NU sejatinya memahami dan mempunyai pemahaman yang sangat luhur tentang bagaimana menyikapi dan melaksanakan islam secara kaffah, hanya saja terkadang dari diri kita lah yang masing-masing belum mampu memahami maksud luhur dari keduanya. 

Sama halnya dengan Muhammadiyah dan NU sekalipun dari segi metode pendekatan dan lain hal kadang memiliki banyak perbedaan tentu kita tidak akan menampikan bahwa keduanya akan terus saling melengkapi satu sama lain. Karena sejatinya keduanya hanya Alat pemersatu ummat. Tetap saja pada hakikatnya kedua ormas tersebut berusaha menjunjung tinggi nilai-nilai yang diajarkan oleh Al-qur'an dan As-sunnah. 

Intinya bagi penulis, Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbanyak didunia, tentu membutuhkan alat dan wadah yang menampung berbagai macam karakteristik dan corak kepribadian warganya sehingga Muhammadiyah dan NU lahir dari akar permasalahan tentang bagaimana menjaga Islam dan memasyarakatkan Islam di Indonesia untuk terus memperkuat dan memperteguh Aqidah keislamannya sehingga bangsa indonesia menjadi bangsa yang Ramahtan Lill Alamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun