Mohon tunggu...
Arra Yusuf
Arra Yusuf Mohon Tunggu... Freelancer - Arra Itsna Yusuf suka jalan-jalan dan nulis suka-suka

Setidaknya, dengan menulis, "Aku menghadirkan diri, meski kau anggap aku mati" (Arra Yusuf)

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"1987", Film Sejarah yang Bikin Baper

7 Agustus 2019   22:36 Diperbarui: 7 Agustus 2019   22:54 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lee Han Yeol? Siapa dia?
Di sinilah, mulai diperkenalkan tokoh aktivis kampus berikutnya bernama Lee Han Yeol. Ia dikisahkan menjadi salah satu penggerak mahasiswa melawan ketidakadilan yang diciptakan pemerintah berikutnya yang akan tercatat dalam sejarah negara Korea Selatan.

Betapa tidak, jenazahnya saat hendak dikuburkan diantar oleh kurang lebih 1 juta orang. Kematiannya, lantaran tertembak aparat saat aksi pro demokrasi menuntut keadilan diabadikan kamera wartawan dan menjadi halaman utama sebuah surat kabar ketika itu.

Adegan dalam film saat Han Yeol tertembak dan diangkat/diseret menjauh  oleh temannya, sama persis dengan aslinya. Dari outfit hingga cara jenazahnya diangkat, benar-benar diadaptasi dengan baik dalam film ini.

Ulasan?
Saya pikir saya sudah banyak mengoceh di paragraf-paragraf sebelum ini he he he jadi anggap saja itu ulasannya, ya... lebih tepatnya curhatan saya soal film.

intinya, film ini bisa dikatakan sangat berani mengkritik gaya pemerintahan saat itu di Korea Selatan dan mampu membawa penonton ke zaman renik pelik kehidupan bermasyarakat saat itu. Saat semua kalangan harus siap mati, harus siap tumpah darahnya, kehilangan sanak saudaranya jika ingin keadilan dan kebenaran tegak. Masyarakat harus siap terjebak dalam situasi genting, yakni rentetan aksi yang dibubarkan paksa aparat dengan gas airmata dan peluru.

Rate film ini pastinya ndak cocok lah untuk anak-anak di bawah 17 tahun. Soalnya banyak adegan kekerasan yang menggambarkan gaya penyiksaan kepada pemberontak di zaman itu.

Film ini pastinya juga berpesan bahwa semua manusia memiliki potensi baik dan buruk dalam dirinya. Kecenderungan menjadi orang baik itu pasti porsinya lebih besar. Hanya saja, uang dan kenyamanan hidup rupanya lebih menggoda daripada berlaku jujur. Sayangnya, dalam film ini ketidakjujuran dan kekejaman digambarkan mula-mula oleh para petinggi negara (ini jelas tak patut ditiru sama sekali). Apalagi kekejaman dilakukan oleh oknum di departemen keamanan yang semestinya memberi rasa aman kepada masyarakat.

Arra Itsna Yusuf, 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun