Tapi, sebelumnya, kita juga ingin, dong, mengintip dulu fasilitas kapalnya. Ya lumayan nyaman. Toilet bersih, musola bersih dan nyaman, ada ruang untuk ibu menyusui dan ruang duduknya juga ber-AC plus bisa nonton televisi.
Namun sepertinya masing-masing kapal feri memiliki fasilitas yang berbeda dan berbeda juga dari segi perawatannya. Saat berangkat, kapal yang kami tumpangi fasilitasnya membuat nyaman juga bersih.Â
Sayangnya ketika kami pulang, fasilitas kapalnya dalam kondisi sebaliknya. Saat pulang, kami juga harus menambah biaya jika ingin menempati dek ruang istirahat untuk penumpang. Ada yang lesehan, ada yang kursi-an (Eksekutif). Kami pilih yang lesehan dengan biaya Rp. 12. 000,-
Setibanya di Pelabuhan Bakaheuni sekitar pukul 3 sore kami langsung disambut hujan yang lumayan deras. Sempat pesimis tidak bisa pulang tepat waktu karena harus menunggu hujan reda. Tapi alhamdulillah, tak lama hujan reda dan kami melanjutkan perjalanan ke Menara Siger naik ojek, ongkosnya 10 ribu.
Tidak jauh, hanya menanjak sedikit karena menara yang juga dikenal dengan sebutan Titik Nol Sumatera ini berada di ketinggian 110 Mdpl. Dari pelabuhan pun kami sudah bisa melihat bangunan mirip mahkota dengan warna kuning keemasan dipadu merah tersebut berdiri cantik di ketinggian bukit. Jalan kaki (kalau mau) sepertinya bisa. Â
Pemandangan Keren dari Menara Siger
Sesampainya di sana, agak sepi. Hanya satu dua orang saja yang pelesir dan beberapa terlihat nongkrong di warung-warung kecil sekitar menara. Sepi = nggak asik? Nggak. Justru memang ini yang kami cari. Kami berdua sering kali tidak terlalu suka berada di keramaian.
Agak kecewa karena kami tidak berkesempatan masuk ke dalam menara. Entah kenapa waktu itu dikunci? Sepertinya karena sudah sore. Tapi baru jam 3 juga, sih, atau mungkin karena bukan weekend.
Dengan biaya masuk Rp. 5000 perorang, yang kami dapatkan adalah panorama alam yang indah Selat Sunda dari arah belakang menara dan pemandangan pelabuhan Bakaheuni dari depan menara. Ditambah juga pemandangan perbukitan dan jalan raya yang berliku-liku. Masya Allah.
Sayangnya, kondisi Menara Siger yang dirancang oleh Ir. H. Anshori Djausal M.T., arsitek asli Lampung ini tak lagi secantik dan sekokoh tatkala dilihat dari kejauhan. Menara yang diresmikan oleh Gubernur Sjahroedin Z.P. pada 30 April 2008 ini kondisinya agak memprihatinkan seperti kurang terurus.
Banyak bagian bangunan yang sudah lapuk, berlumut, berlubang dan warna cat yang kian memudar. Belum lagi dengan vandalisme di area tangga menuju menara dan sampah yang menumpuk di selokan-selokan sekitar menara, padahal banyak tempat sampah di sana. Â
Lihat Travel Story Selengkapnya