Mohon tunggu...
Arra Yusuf
Arra Yusuf Mohon Tunggu... Freelancer - Arra Itsna Yusuf suka jalan-jalan dan nulis suka-suka

Setidaknya, dengan menulis, "Aku menghadirkan diri, meski kau anggap aku mati" (Arra Yusuf)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Andai Semua Reporter Adalah Pasien Pinocchio

14 September 2015   20:51 Diperbarui: 22 Februari 2016   22:31 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kdramastars.com"][/caption]

Aku membayangkan seandainya semua pewarta berita adalah pasien Pinocchio. Alangkah jengkel, bukan, jika mewartakan sesuatu sementara masih ada yang janggal atau di hati terasa ada yang mengganjal namun harus tetap mewartakan sesuatu maka orang tersebut akan cegukan terus menerus. 

Ah, cegukan ini.. Enteng! 

Memang tampaknya enteng, dan tidak lebih memalukan daripada (maaf)  kentut di depan orang banyak, kan..

Tapi bayangkan jika cegukan itu tidak mau berhenti? Bagaimana pun akan terasa menyiksa, bukan?

Pinocchio? Apaan, sih?

Baru-baru ini aku menyaksikan sebuah drama Korea Selatan berjudul Pinocchio. Dramanya sendiri tidak baru, aku saja yang kurang up to date. 

Seganteng dan secantik apa pun itu Lee Jong Suk dan Park Shin Hye sebagai dua pemeran utama Pinocchio, aku sih nggak tertarik-tarik amat. Tetapi, saat melihat sekilas trailer-nya dan mendengar dari teman bahwa drama tersebut berkisah tentang dunia jurnalis, eh aku kok jadi berubah pikiran, ya?

"Mau, dong, dramanya," bisikku suatu hari.

Singkat cerita, kulalaplah dua puluh episode Pinocchio. Walaupun harus terbengong-bengong pada dua episode tanpa subtittle apa pun berasa mengunyah beras mentah dan beberapa adegan "you know what, lah" adegan apa di drama Korea harus di-skip, nyatanya secara umum, ya, menurut pengamatan awamku sebagai penikmat film, ide ceritanya kece juga, ya.

[caption caption="Asianwiki.com"]

[/caption]

Sekilas tentang Drama Pinocchio

Pinocchio sendiri bercerita tentang reporter wanita bernama Choi In Ha (Park Shin hye) yang mempunyai riwayat penyakit langka bernama Pinocchio. Sebutlah syndrom Pinocchio. Pinochhio sendiri dalam drama tersebut diterangkan sebagai kondisi di mana orang dengan penyakit tersebut (sebutlah pasien) akan mengalami cegukan saat berkata bohong atau saat ada perkataan atau suatu kondisi tidak sesuai dengan apa yang ada di hati dan pikirannya.

Choi In Ha sempat ditentang agar tidak bekerja sebagai reporter oleh sang ayah. In Ha bertekad menjadi reporter yang baik dan ingin membuktikan kepada ibunya, Sung Cha Ok -yang dikenal sebagai reporter berhati dingin - bahwa In Ha bisa menjadi pengungkap kebenaran. 

But, you know what, lah pekerjaan sebagai jurnalis kadang-kadang, nih, mengikis idealisme seseorang seiring waktu dan menuntut seseorang untuk bersikap sedingin es meski di depan matanya adalah sebuah tragedi. Dan hal itu juga diceritakan di dalam drama Pinocchio.

Garis hidup Choi In Ha  mempertemukannya dengan Dal Po a.k.a Ha Myung (Lee Jong Suk) yang merupakan korban "kekejaman berita" di masa kecilnya. 

Saat kecil, keluarga Ha Myung harus dikucilkan karena ayah Ha Myung, seorang  pemadam kebakaran berprestasi yang jasadnya hilang saat bertugas memadamkan api di lokasi kebakaran, tepatnya di sebuah pabrik besar milik salah satu perusahaan besar menjadi fitnah lantaran berita. Ayahnya, dalam berita dituduh telah mangkir dari tugas dan melarikan diri. Padahal 13 tahun kemudian tulang belulang ayah Ha Myung ditemukan di sekitar lokasi kebakaran. 

Fitnah tersebut menjadi viral di semua media nasional Korea saat itu dimulai dari laporan reporter stasiun berita MSC, Sung Cha Ok (ibunya In Ha) dengan dalih saksi matanya saat itu adalah seorang pasien Pinocchio. 

Saat live report, kejadian kebakaran hingga menelisik kehidupan para korban setelah insiden itu, Sung Cha Ok tampak ambisius mengorek informasi dari keluarga Ha Myung. Tanpa disadarinya, hal itu membuat keluarga Ha Myung menjadi syok dan dikucilkan masyarakat. Bagaimana tidak? Semua mata kamera tertuju hanya pada mereka dan tiba-tiba saja pemberitaan malah terfokus kepada sang pemadam yang hilang jasadnya ketimbang penyebab utama kebakaran itu sendiri. Anehnya selain kantor berita MSC, media kompetitor lainnya juga malah ikut membahas hal serupa. Maka dikisahkan, ibu Ha Myung harus bunuh diri dan Ha Myung dikabarkan juga ikut bunuh diri bersama ibunya. 

Tapi siapa sangka Ha Myung ternyata masih hidup dan saat dewasa ia menggebrak meja ruang pemberitaan dengan membawa misi "balas dendam" kepada Sung Cha Ok dengan menjadi reporter stasiun TV YGN, kompetitor MSC.

Upaya Ha Myung mengungkap kebenaran di balik berita yang memojokkan ayahnya di masa lalu tersebut memang tidak mudah. Tetapi pencarian kebenaran itu akhirnya menjadi benang merah bagi peristiwa serupa di masa kini dan mengungkap alasan Sung Cha Ok mewartakan fitnah tersebut di masa lalu.

Ha Myung bertekad saat ada berita serupa di masa kini, tidak melenceng ke mana-mana lagi karena ia tahu persis betapa menderitanya hidup sebagai korban "kekejaman berita".

Sementara Choi In Ha, meskipun bekerja di MSC, di bawah perintah ibunya, ia tetap berjuang membantu Ha Myung a.k.a Dal Po untuk mengungkap kebenaran dan membersihkan nama ayahnya lewat jalur jurnalistik.

 

Apa menariknya drama Korea dengan ide cerita dunia jurnalistik?

[caption caption="joonni.com"]

[/caption]

Subjektif, sih, ya. Tapi bagiku, sih, menarik. Saat aku menonton, aku beberapa kali bergumam, "Ooh.. Gini, nih, kerjaan media. Gini, nih harusnya reporter dan timnya. Gini, nih setting-nya, alurnya sebuah berita bisa disiarkan," 

Dalam drama, beberapa part berkisah tentang peran semua orang di balik pemberitaan. Betapa hectic-nya saat para reporter magang dari berbagai media harus stand by di kantor polisi selama beberapa hari demi memperoleh informasi berharga apa pun dari pihak kepolisian. Jika berhasil mendapat info, mereka akan mengembangkan wawancara ke beberapa narasumber, lalu info itu akan disambungkan ke koordinator (kapten) kelompok jurnalis. Kapten akan mempertimbangkan kelayakan berita. Kemudian kapten akan menyuruh para calon reporter untuk mendalami kembali atau mencukupkan sampai di sana. 

Makian, nasihat, harus siap diterima calon reporter jika tidak sesuai harapan kapten juga kantor berita. 

Saat di lapangan, sempat juga dikisahkan suka duka meliput dan mengorek info dari narasumber, apalagi jika itu kasus yang melibatkan pejabat atau pesohor publik. Mereka menjelma detektif yang harus tahan banting saat harapan tidak sesuai kenyataan. Atau saat hasil liputan kurang mendalam, sementara berita keburu tersiar, maka harus siap dengan segala hujaman rasa malu dan konsekuensi. 

Di sisi lain, sifat-sifat kemanusiaan saat liputan terpaksa harus dilunturkan sejenak. Misalnya, saat adegan Choi In Ha meliput peristiwa kecelakaan ketika jalan ditutupi salju tebal yang licin, atau saat harus meliput sesuatu yang tidak dikehendaki hati namun tetap harus melaporkan peristiwa berhubung itu  perintah para senior atau petinggi kantor berita. 

Sebagai pasien Pinocchio, dalam hal ini, Choi In Ha merasakan semua dilema itu disertai cegukan yang menyiksa dan herpes yang sempat menderanya selama menjadi reporter. 

Heum... Media dan pemberitaan...

Saat ini pun, aku diperkenankan bekerja di media. Sampai saat ini, sebagai amatiran. Di balik layar, pernah, di lapangan juga tidak jarang.

Aku merasakan sebagian kecil lika-liku itu. Dan tahu betapa orang tentu saja tidak mau menjadi "korban kekejaman media". 

Jika saja penyakit Pinocchio itu nyata dan dapat menimpa semua pewarta berita beserta jajarannya, maka mungkin tidak ada kisah "seru" saat ini terkait media dan pemberitaan. 

Ah, tapi, itu, kan, hanya drama. Aku hanya mencoba memungut puing-puing hikmahnya yang kemudian tergerus lagi oleh lupa.

 

"Reporter bisa menjadikan seseorang sebagai pembunuh atau pahlawan," 

 

_Pinocchio

 

Catatan pojok kamar,

Arra, September 2015

[caption caption="forums.soompi.com"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun