Mohon tunggu...
Arra Yusuf
Arra Yusuf Mohon Tunggu... Freelancer - Arra Itsna Yusuf suka jalan-jalan dan nulis suka-suka

Setidaknya, dengan menulis, "Aku menghadirkan diri, meski kau anggap aku mati" (Arra Yusuf)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Catatan Anak Negeri; Aku.. Ra'popo

18 Maret 2014   06:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:49 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami juga... yang mungkin pernah Tuan Puan temui di lembaga-lembaga pendidikan, berseragam dinas. Atau di salah satu sudut kasir minimarket, di belakang meja Teller Bank, bermasker di pabrik-pabrik, di atap gedung, di dinding bergelantungan, atau bekerja di dapur-dapur rumah gedongan.


Terserah, bagaimana Tuan Puan menilai. Kami terima saja.


Barangkali yang membanggakan bagi Tuan Puan adalah ketika melihat sebagian dari kami ada yang dengan gagah menggenggam medali emas, perak atau perunggu di rimba kompetisi. Olahraga? Ilmu eksak? Sosial? Kesenian? Sebagian dari kami hampir selalu ada yang mengisi podium juara, yang berprestasi di semua bidang ilmu.

Atau yang lebih keren lagi, beberapa dari kami bahkan bisa mewakili nama negeri ke luar negeri. Sebagai duta muda atau partisipan pertukaran pemuda juga pelajar. Saya membayangkan Tuan Puan akan tersenyum bahagia sambil berdiri bertepuk tangan.


Silakan, silakan... penilaian kembali kepada Tuan dan Puan..


Lihat lagi di sisi lain, bisa jadi beberapa dari kami merenggut simpati sekaligus diludahi saat tertangkap menyimpan ekstasi juga terjaring razia prostitusi. Menutup muka dengan segenggam topi atau bersejingkat karena berusaha lari saat dikejar polisi, lalu terpaksa mereka menembak kaki.

Atau, kiranya Tuan Puan tertarik dengan akisah kami yang di kampung-kampung tak tersentuh dunia yang serba membawa jargon modrernisasi. Beberapa dari kami bekerja serabutan, kuli angkut atau petani..

Beberapa dari kami bahagia menggendong anak yang barangakali lebih pantas menjadi adik di usia belia kami. merelakan ijazah SD yang usang tak bernilai apa-apa selain bahwa kami pernah tahu bahwa satu ditambah satu samadengan dua, nyatanya beberapa dari kami belajar berhitung mengenai anggaran rumah tangga dengan baik setelah masuki jenjang pernikahan dini.


Silakan, lembaran sudah tersedia di depan mata Tuan dan Puan.. tentang kriteria generasi penerus bangsa yang Tuan Puan idamkan...


Kami, saya dan mereka hanya menjalani hidup dengan nasib masing-masing. Tentu saja, tak semua bernasib baik, tapi skenario hidup, siapa juga, sih yang benar-benar tahu? Beberapa dari kami sangat beruntung dan berani bertekad mengejar impian. Beberapa tidak bisa dan kurang beruntung menjalani separuh kehidupannya. tengoklah kejadian pembunuhan berlatar cemburu dan cinta segitiga dan laina hal di media? kami sendiri miris membayangkan dan meragap diri. Beberapa menjalani kehidupan dengan masa-masa suram yang terus mengintai. Beberapa temukan cahaya, beberapa mati muda sebelum sempat bergerak menuju perubahan. Beberapa dari kami terus bertahan. Di tengah gencarnya arus dunia. Di tengah membludaknya budaya tak bisa dicerna yang terus merasuki pikiran kami. Di tengah kisruh para panutan dan pimpinan. Di tengah krisis dan perang. Di tengah maraknya manipulasi berkedok pendidikan. Beberapa dari kamia bahkan (terpaksa bahkan tak sengaja) kehilangan Tuhan.

Kadang kami tak menyadari betapa berbahaya posisi kami seandainya kami tak menyadarkan diri. Ada amanah besar di pundak yang harus kami pikul selepas Tuan Puan tak bertakhta lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun