Mohon tunggu...
Arra Yusuf
Arra Yusuf Mohon Tunggu... Freelancer - Arra Itsna Yusuf suka jalan-jalan dan nulis suka-suka

Setidaknya, dengan menulis, "Aku menghadirkan diri, meski kau anggap aku mati" (Arra Yusuf)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

{DEAR PPA} Perempuan Pembawa Rindu

1 Maret 2015   22:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:18 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425199774121037502

nomor urut 104
I

Kelebat bayang di balik tirai
Setiap kali fajar
menyingsingkan pesonanya

Lembut suara
Membuka paksa kelopak mata
Menghitung butiran dosa
Saat kantukku masih mendera

Duhai Bunda
Langkahku rapuh
Dipapah rintih doamu

Aku tertawa-tawa
saat
kau terlunta
Memungut ampun
Akan salah dan lupa
Yang kutebar sejauh usia

Dan lagi
Tak ada nilai yang bisa kubayar
Untuk membalas pengorbananmu

Tiada juga sajak yang mampu
Mengabadikan jerihmu
Karena rupa aksara
Tlah lenyap dari sini
Dari nuraniku ini

Duhai Bunda
Kelebat bayangmu di balik tirai
Mengusap kening
saat mata enggan membuka
Saat diseru-Nya

Pada suatu masa
saat aku didekap durhaka
Bagaimana aku lupa?

Sementara wajahmu
Hanya bisa kukenang
Lewat bingkai kaca

II

Seikat bunga di atas pusara
Daun-daun menunduk dalam
Bersimbah embun-embun

Kerlip bintang kejora
Jatuh di matamu
Menari-nari ia
Sebelum gelap memelukmu

Kelopak tulip yang rekah
Hiasi bibir mungilmu
Memamer senyum manis
Meski ruh
tlah pergi jauh

Ayat-ayat bagai petuah
Ayah Bunda sendu pasrah
Mengusap tubuh mungil
Dibungkus berhelai kain

Gadis mungil
Menghadap-Nya sepenuh cinta
melesapkan alunan merdu
Penghujung ayat
di sudut ruang
Tumpah sudah
airmata haru dan kehilangan

Seikat bunga di atas pusara
Doa-doa membumbung mengangkasa
hujan turun malu-malu
Di atas tanah merah menggunduk basah
Menghantar tubuh gadis mungil
Menuju asalnya

III

Terima kasih, cantik
Kita tiga medan berbeda
penjuru mata angin barat, timur, tenggara
Bermimpi menyapa dunia

Berbagi cerita
Menarik jarak
bagai sejangkalan saja

Simpul-simpul masalah
Bagai terkurung di hampa udara
Memenuhi ruang kosong di kepala
Rayuan maut jebakan putus asa
mengintai mangsanya

Ya
Kita

Saat tikaman semakin menghunus dalam
Saat ujian bukan lagi menghantam perasaan
Saat lengan tak bisa lagi
berpegangan menguatkan
Salam rindu terhatur
Menggusur sepi

Renyah suara meredam dendam
Senda gurau melibas murka
Airmata pun jatuh menyiram luka
Terangkum dalam cerita lewat udara

Terima kasih, Cantik
Seribu kata yang entah
Menghimpit menjepit
jejak-jejak gelap masa silam
Tak ada ruang di memori
Untuk menampungnya kembali
Sudah, mari kita kembali pada yang hakiki

Kita, tiga, berbeda
Gemuruh jiwa
Jangan kau bawa lari

Tepian jalan tak selamanya jurang
Ada pagar-pagar pembatas jalan
Yang menghadang niat busukmu
Melempar masalah
pula tubuhmu

Terima kasih, Cantik
untuk tetap sabar di jalan Tuhan

Kita perempuan
Penyimpul aksara
Roboh tika gelap mematut pula di cerminan

Tiga, kita berbeda
Ada bukan saling mencela
Saling merangkul
Bukan sengsara
Lalu
Menyulut airmata

Kita perempuan
Berkendara dengan doa
Menjerit bisu
saat hati
Tak lagi mampu
menampung lirih

Tiga kita berbeda
Berlari mengejar mimpi
Meski di separuh hari
Kita tak alpa akan mati

Terima kasih, Cantik,
Untuk tetap sabar di jalan Tuhan
Mari saling menguatkan

Arra Itsna Yusuf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun