Assalamualaikum wr.wb
saya Ar Raihan Aditya Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Jember
Akan membahas mengenai sistem pendidikan di Indonesia.
Dalam pendidikan, sistem memiliki beberapa bagian yang saling mempengaruhi, jika salah satu bagian diabaikan/lemah maka akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan. Pendidik harus memahami pendidikan sebagai suatu sistem untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan belajar mengajar, jika guru memperhatikan unsur/bagian yang ada, sangat mempengaruhi berlangsungnya proses pendidikan (pembelajaran).Â
Sistem pendidikan meliputi proses pendidikan, khususnya di sekolah, yang bekerja secara langsung atau tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses ini merupakan interaksi fungsional antara pengambil keputusan pendidikan dan penyelenggara pendidikan sekolah di tingkat pusat, provinsi, kota/kabupaten, yang merupakan rumusan tujuan nasional. Pendidikan merupakan upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Kerja pelatihan mengandung tiga unsur utama, yaitu unsur masukan, unsur proses bisnis itu sendiri dan unsur keluaran kegiatan usaha.
Dengan perkembangan dan perubahan zaman, telah terjadi perubahan perilaku masyarakat yang berubah dari waktu ke waktu. Hal tersebut juga mengubah perkembangan sistem pendidikan di dunia dan khususnya di Indonesia. Sistem pendidikan adalah suatu strategi atau cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Andran, 2014).
Perubahan ini diwujudkan dalam perubahan sistem pendidikan yang terdiri dari pembelajaran, pengajaran, kurikulum, pengembangan siswa, metode pengajaran, alat bantu pengajaran dan infrastruktur, serta kadang-kadang keterampilan lulusan. Dalam teori belajar perilaku, belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati secara langsung yang terjadi melalui hubungan stimulus-stimulus dan respon menurut prinsip mekanistik (Izzatur Rusuli, 2014). Pendidikan merupakan kegiatan manusia yang sangat penting. Melalui pendidikan manusia dapat diangkat menjadi manusia yang berakhlak mulia (Sasongko dan Sahono, 2016). Menurut (Bpkm.go.id, 2006).Â
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai nilai keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukannya bagi dirinya sendiri, untuk masyarakat. , bangsa dan negara.Â
Perkembangan dunia pendidikan  tidak lepas dari  perkembangan  revolusi industri  di dunia, karena perubahan organisasi ekonomi secara tidak langsung juga mengubah organisasi pendidikan di negara tersebut. 1) Revolusi industri dimulai  pada abad ke-18 revolusi industri 1.0 terjadi pada abad ke-18 dengan ditemukannya mesin uap yang memungkinkan produksi barang  secara massal, 2) Revolusi industri 2.0 terjadi pada abad ke-19-20.Â
Abad berkat penggunaan perangkat. listrik yang membuat  produksi menjadi murah, 3) Revolusi Industri 3.0 terjadi  sekitar tahun 1970-an dengan bantuan komputerisasi dan) Revolusi Industri 4.0 sendiri terjadi  sekitar tahun 2010-an berkat teknologi pintar dan Internet of Things sebagai landasan manusia dan gerakan rakyat. dan koneksi. mesin (Prasetyo dan Trisyanti, 2018).
Munculnya mesin uap pada abad ke-18 mampu mengakselerasi perekonomian secara drastis, dimana dalam dua abad mampu meningkatkan pendapatan per kapita negara-negara di dunia enam kali lipat. Revolusi industri kedua dikenal sebagai revolusi teknologi. Revolusi ini ditandai dengan penggunaan dan produksi besi dan baja dalam skala besar, meluasnya penggunaan tenaga uap, peralatan telegraf.Â
Selain itu, minyak banyak ditemukan dan digunakan, dan listrik digunakan pada masa-masa awal. Pada revolusi industri ketiga, industri manufaktur telah menjadi bisnis digital. Teknologi digital telah mengambil alih media dan ritel. Revolusi industri ketiga mengubah hubungan dan komunikasi masyarakat modern. Revolusi ini memperpendek jarak dan waktu, revolusi ini membawa aspek real-time.
Munculnya mesin uap pada abad ke-18 mampu mengakselerasi perekonomian secara drastis, dimana dalam dua abad mampu meningkatkan pendapatan per kapita negara-negara di dunia enam kali lipat. Revolusi industri kedua dikenal sebagai revolusi teknologi.Â
Revolusi ini ditandai dengan penggunaan dan produksi besi dan baja dalam skala besar, meluasnya penggunaan tenaga uap, peralatan telegraf. Selain itu, minyak banyak ditemukan dan digunakan, dan listrik digunakan pada masa-masa awal. Pada revolusi industri ketiga, industri manufaktur telah menjadi bisnis digital. Teknologi digital telah mengambil alih media dan ritel. Revolusi industri ketiga mengubah hubungan dan komunikasi masyarakat modern. Revolusi ini memperpendek jarak dan waktu, revolusi ini membawa aspek real-time.
Masalah pendidikan di Indonesia cukup banyak, mulai dari masalah kurikulum, kualitas, keterampilan, bahkan kompetensi manajemen, baik di tingkat atas maupun bawah. Ada beberapa keluhan di lapangan baik dari kepala sekolah maupun guru yang mengeluhkan bahwa dimensi manajemen seperti kepemimpinan, disiplin, birokrasi dan administrasi bercampur aduk.Â
Kemudian, yang tak kalah pentingnya, manajemen di sekolah juga mewarnai wajah dunia pendidikan dan memperbanyak perpecahan dan kontradiksi internal di antara para pendidik. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, dimana sistem pendidikan nasional dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian untuk melaksanakan proses pendidikan yang demokratis, beragam, ramah kebutuhan daerah yang mendorong partisipasi masyarakat yang lebih besar.
Kesenjangan Pendidikan Di Indonesia, kualitas pendidikan masih rendah. Hal ini diperkirakan terjadi karena pemerintah kurang serius memperhatikan sektor pendidikan. Meskipun kemajuan bangsa merupakan salah satu yang terpenting adalah pendidikan, karena pendidikan merupakan modal utama kemajuan  bangsa. Ketimpangan pendidikan di Indonesia terus terlihat dalam banyak hal, seperti infrastruktur dan sumber daya fakultas. Dari segi infrastruktur, terdapat perbedaan kualitas pendidikan yang cukup tinggi antara sekolah  di kota dan di pinggiran kota.Â
Secara umum sekolah  di perkotaan lebih baik daripada sekolah di pedesaan, sering anda lihat secara langsung atau melalui televisi dan surat kabar bahwa keadaan sekolah di pedesaan dan pelosok sangat tidak memadai. Misalnya, kondisi bangunan yang rapuh bahkan di ambang keruntuhan dan atap bocor, seringkali membuat proses belajar mengajar menjadi sulit. Sarana dan Prasarana merupakan isu kunci bagi perbaikan dan pengembangan sistem pendidikan  Indonesia, dan juga merupakan kebutuhan atau unsur yang sangat penting.
Pendidik Jumlah dan kualitas guru saat ini juga menjadi dilema. Secara obyektif, jumlah guru saat ini memang tidak mencukupi, namun  tidak bisa disamaratakan, namun harus diakui bahwa jumlah guru yang sedikit menunjukkan adanya kesenjangan dalam distribusi guru. Kekurangan guru  ini banyak terjadi di daerah pedesaan, pinggiran dan perbatasan,  hanya ada  3-4 guru di kabupaten tersebut. Namun, di perkotaan yang sarana dan prasarananya memadai, guru berkumpul. Bahkan di satu SD ada 11-14  guru, termasuk  kepala sekolah. Inilah mengapa perguruan tinggi di perkotaan sejauh ini mampu bertahan dengan kemampuannya sendiri.
Sementara sekolah yang kekurangan guru di pedesaan/terpencil semakin terisolasi dan terdegradasi. Posisi guru sangat penting dalam dunia pendidikan. Berkaitan dengan jumlah dan distribusi guru mengalami dilema, ada sekolah yang terlalu banyak guru, tetapi ada juga sekolah yang kekurangan guru. Salah satu faktornya adalah persebaran guru di Indonesia karena kondisi geografis negara kita yang sangat luas.
Kesenjangan distribusi tenaga pengajar ini merupakan pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai distribusi guru yang adil. Berbagai upaya telah dilakukan seperti menambah jumlah guru melalui rekrutmen CPNS, guru honorer dan hibah khusus bagi guru yang tinggal di daerah pinggiran. Upaya pemerintah tentu tidak akan serta merta menyelesaikan masalah. Belum lagi  kualitas gurunya. Seorang guru yang memiliki posisi strategis dalam mengejar kualitas pendidikan yang lebih baik sangat diminati karena keterampilan profesionalnya.Â
Profesionalisme dan keprofesionalan harus selalu dikembangkan terutama dalam penyiapan personel yang mampu bersaing secara global. Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan terobosan dalam membangun pendidikan. Artinya, harus ada guru yang setara dan berkualitas di Indonesia. Mungkin itu akan diselesaikan dengan  undang-undang otonomi daerah.
Selain itu, baik pemerintah pusat maupun daerah harus membuat program untuk mendorong lebih banyak lagi guru yang mau bekerja di daerah, terutama di daerah terpencil. Misalnya ada semacam kompensasi khusus bagi guru yang bersedia berkomitmen pada daerah/desa yang tergolong daerah pinggiran, sehingga ada semacam ukuran efektivitas biaya bagi guru dari segi kewajaran dan kebutuhan sosial.Â
Kesenjangan distribusi tenaga pengajar ini merupakan pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai distribusi guru yang adil. Berbagai inisiatif telah dilakukan, seperti menambah jumlah guru melalui rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan guru honorer serta pemberian tunjangan khusus bagi guru yang tinggal di daerah terpencil.Â
Upaya pemerintah tentu tidak akan serta merta menyelesaikan masalah. Belum lagi kualitas gurunya. Seorang guru yang memiliki posisi strategis dalam mengejar kualitas pendidikan yang lebih baik sangat diminati karena keterampilan profesionalnya. Ketrampilan dan profesionalisme harus selalu dikembangkan terutama dalam mempersiapkan tenaga yang mampu bersaing secara global, sehingga pemerintah harus mulai mengembangkan pendidikan.Â
Artinya, harus ada guru yang setara dan berkualitas di Indonesia. Mungkin itu akan diselesaikan dengan undang-undang otonomi daerah. Selain itu, baik pemerintah pusat maupun daerah harus membuat program untuk mendorong lebih banyak lagi guru yang mau bekerja di daerah, terutama di daerah terpencil. Misalnya ada semacam kompensasi khusus bagi guru yang bersedia berkomitmen pada daerah/desa yang tergolong daerah pinggiran, sehingga ada semacam ukuran efektivitas biaya bagi guru dari segi kewajaran dan kebutuhan sosial.
Pendidikan 4.0 adalah jawaban atas kebutuhan Revolusi Industri 4.0, di mana manusia dan teknologi digabungkan untuk menciptakan peluang baru yang kreatif dan inovatif. Fisk (2017) menjelaskan "bahwa visi pembelajaran yang baru mendorong siswa tidak hanya untuk mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan, tetapi juga untuk mengidentifikasi sumber pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tersebut.Â
Selain itu, Fisk (2017), seperti dikutip oleh Aziz Hussin, Pendidikan 4.0 mencakup sembilan tren, yaitu sebagai berikut; Pertama, belajar di waktu dan tempat yang berbeda. Siswa  memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar pada waktu yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Pembelajaran online memungkinkan pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran mandiri. Kedua, pembelajaran individu. Siswa  belajar dengan perangkat pembelajaran yang menyesuaikan dengan kemampuannya.Â
Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada tingkat yang lebih tinggi menghadapi tugas dan pertanyaan yang lebih kompleks ketika menyelesaikan kualifikasi tertentu.Siswa yang bergelut dengan mata pelajaran diberi kesempatan untuk berlatih lebih banyak hingga mereka mencapai tingkat yang dipersyaratkan. Siswa  diperkuat secara positif selama pengalaman belajar pribadi.Â
Hal ini dapat mengarah pada pengalaman belajar yang positif dan  mengurangi jumlah siswa yang kehilangan kepercayaan pada kemampuan akademiknya. Di sini, guru  dapat  dengan jelas melihat siswa mana yang membutuhkan bantuan di bidang mana. Dan  ketiga, siswa memiliki kesempatan untuk memutuskan bagaimana mereka belajar.Â
Meskipun tujuan dari setiap mata pelajaran yang diajarkan adalah sama, cara untuk mencapai tujuan tersebut mungkin berbeda untuk setiap siswa. Demikian pula, dalam kaitannya dengan pembelajaran yang berpusat pada orang, siswa  dapat memodifikasi proses pembelajaran mereka dengan alat yang mereka anggap cocok. Siswa  belajar menggunakan perangkat, program, dan teknik yang berbeda sesuai dengan preferensi mereka. Pada level ini, kombinasi pembelajaran tatap muka dan blended learning, membalik kelas dan membawa perangkat sendiri menjadi terminologi penting dalam perubahan ini.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidikan harus mendapat perhatian serius di setiap bangsa, karena melalui pendidikan dapat dilihat kemajuan dan kemunduran bangsa. Tentunya masyarakat Indonesia tidak ingin hidup terbelakang karena pendidikan tidak cukup untuk membagi kemajuan bidang lain. Dimensi administrasi atau manajemen, baik administrasi pusat maupun daerah, sangat penting bagi pembangunan pendidikan. Pada gilirannya, desentralisasi pendidikan memperkuat dan mengembangkan masyarakat Indonesia melalui pendidikan.Â
Oleh karena itu, kebijakan pemimpin harus didistribusikan secara merata ke setiap daerah, agar tidak ada lagi perbedaan. Namun demikian, kita harus memahami bahwa masalah pembangunan pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Efrizal. 2016. Problematika Pendidikan di Indonesia. Tersedia di https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pendidikan+indonesia&oq=pend#d=gs_qabs&t=1675960184428&u=%23p%3D_Ne7TP0xUzUJ
Lase, Delipiter. 2019. Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. Tersedia di https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&as_ylo=2019&q=sistem+pendidikan+era+revolusi+Industri+4.0&btnG=#d=gs_qabs&t=1676020814411&u=%23p%3D_aNRS66-x5wJ
Risdianto. Eko. 2019. Analisis Pendidikan Indonesia di Era Revolusi 4.0. Tersedia di https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pendidikan+indonesia&oq=pendidikan+indo#d=gs_qabs&t=1675956730689&u=%23p%3DC61qd-qvh5wJ
Widya, Adi. 2019. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia. Tersedia di https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pendidikan+indonesia&oq=#d=gs_qabs&t=1676023307979&u=%23p%3D5I5CnSyLHMUJ
Megawanti, Priarti. 2015. Meretas Permasalahan Pendidikan di Indonesia. Tersedia di https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pendidikan+indonesia&oq=#d=gs_qabs&t=1676023482911&u=%23p%3D2JN1ErBYwMQJ
Soeprapto, Sri. 2013. Landasan Aksiologis Sistem Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan. Tersedia di https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=sistem+pendidikan+di+indonesia&btnG=#d=gs_qabs&t=1676023691801&u=%23p%3DniRZGpDS0psJ
Mulya, Yuliarti atris. 2022. Pengembangan Critical Thinking Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Tersedia di https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&as_ylo=2022&q=pendidikan+di+indonesia&oq=pendidikan+di#d=gs_qabs&t=1676023960145&u=%23p%3DyHpy6RDqgd8J
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H