Pada tahun 2015 Kota Pematangsiantar meraih peringkat 1 Kota paling Toleransi se Indonesia versi Indeks Kota Toleran (IKT) Namun 3 tahun setelah itu bergeser menjadi peringkat kesepuluh.  Entah apa yang memicu kondisi tersebut. Sebaiknya agama jangan terlalu sering dihubungkan dengan politik supaya aman dan tentram. toleransi  bisa juga kita lihat dari kehidupan sehari-hari. Misalnya bergaul dengan semua orang tanpa membedakan kepercayaan masing-masing,menghargai setiap keyakinan orang,tidak memaksakan kehendak,serta tidak mencela ataupun menghina agama lain dengan alasan apapun.Sepanjang ingatan saya kota Pematangsiantar belum pernah ribut masalah agama, kalaupun ada itu pasti orang luar yang iri melihat keharmonisan  kami. Tidak ada yang bisa menggoyahkan keimanan kami sebagai umat beragama. Rasa saling menghormati sangat kuat diantara kami. Itulah sebabnya predikat Kota Toleransi masih melekat pada diri kami penduduk kota Pematangsiantar.
Toleransi sangat bermanfaat bagi kami  yang menjalankannya, contoh memelihara dan mempererat persaudaraan sesama tetangga. Tali persaudaraan yang erat sangat dibutuhkan dalam kehidupan sebagai bagian dari bangsa yang majemuk. Hal ini bisa berhubungan dengan sila ketiga Pancasila  ( Persatuan Indonesia )
Bagaimana cara meningkatkan nilai toleransi ?
Menghormati agama yang diyakini orang lain.Melaksanakan ajaran agama dengan baik. Tidak memaksakan agama kita kepada orang berbeda agama dengan kita.Bersikap toleran terhadap keyakinan dan ibadah orang lain. Kalau hal ini dapat kita jalankan dengan sempurna, saya yakin tidak akan ada perpecahan diantara umat beragama di Indonesia khususnya ditempat kita tinggal.Para Ulama dan Tokoh-tokoh agama yang lain akan berlomba-lomba untuk mengajarkan yang terbaik bagi pengikut-pengikutnya..
Sebenarnya saya tidak ingin terlalu jauh membahas toleransi ini, selain hanya karena perasaan terharu dan bahagia yang saya terima dari para tetangga  ketika ibu kami meninggal dunia, ada semacam perasaan yang tak terhingga melihat mereka datang berbondong-bondong, menggunakan Hijab dan menunjukkan simpati, kaum pria duduk diluar walau hanya sebentar  sesekali saya membuat cerita humor tentang kengeyelan ibu ketika masih hidup,agar suasana duka tidak menyelimuti kunjungan mereka. Â
Ibu  kami termasuk orang yang tidak mau diam, selalu saja ada yang mau dikerjakan, ibu juga sering bertandang kerumah ibu-ibu tersebut sekedar tegur sapa dengan alasan meminta bibit bunga.Atau membeli sarapan lontong kepada ibu-ibu yang berjualan disekitar rumah kami.  Mereka juga ikut kwatir apabila melihat Ibu berjalan sendiri di sekitar komplek. Artinya saya tidak menyangka mereka akan datang melihat Jasad Ibu kam
Dari cerita ini, saya bisa menyimpulkan, bahwa toleransi bisa kita jalankan jika kita ikhlas dan tidak memandang curiga kepada mereka penganut agama lain. Tidak ada susahnya saling menghargai, agamamu adalah agamamu, begitu juga sebaliknya.Â
Indah sekali rasanya ketika kita dapat saling mengunjungi, bersimpati dan saling menolong. Kita ajarkan kepada anak-anak pentingnya saling menghormati, mengajarkan arti keberagaman, memberikan wejangan apa yang tidak boleh dijalankan dan apa yang harus dicegah apabila larangan-larangan tersebut sudah menyalahi aturan agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H