Zaman sekarang, ketika seseorang tidak mendapat jatah dilantik menjadi seorang pejabat,dia pasti ribut dan memprovokasi temannya.padahal harusnya dia berkaca dulu,merenung dan instrospeksi diri, karena diposisinya yang sekarang ini pernah dirasakan orang lain.jadi jangan lebayyyy.
Sudah rahasia umum,bahwa ketika si A bernasib baik menjadi seorang pejabat atau pemimpin atau boss disuatu perusahaan,maka yang pertama dilihat orang adalah pengikutnya.apakah langsung arogan,atau biasa aja sikapnya normal atau bahkan tidak perduli siapa pun yang memegang tampuk kekuasaan. contohnya ketika seorang KDH pemenang sudah dilantik, besoknya dia sudah pasti melantak. seakan2 balas dendam pengikutnya berlomba-lomba memberi masukan,si A,si B dan si C...ini kesini,ini kesitu,ini duduk manis dan yang itu masuk kandang dulu sebentar.Â
Lalu digodok,diberi bumbu asam ,manis,garam dan penyedap,lalu lihat siapa yang pernah mendukung siapa,partai mana yang menaungi dia,gereja mana yang pernah mengusulkan dia, dll,dsb. maka jadilah seperti yang didiskusikan, berapa lama kita pakai? 6 bulan saja. Ok... sepakat. sesuai peraturan kan belum boleh melantik,pelaksana sajalah dulu begitu lah diskusi mereka.
Jangan sombong ketika menjabat
Ingat pepatah orang tua,," diatas langit masih ada langit" pepatah ini maksudnya  " jangan sombong, kekuasaan mu masih ada yang lebih berkuasa" yaitu sang Pencipta, apabila sang Pencipta murka,maka dalam waktu sedetik semuanya bisa menjadi abu.
Alkisah ada seorang pejabat yang ketika KDH yang didukungnya menang,diapun bertingkah seperti kdh juga ( sengaja tulisan kdh diperkecil karena memang dia kecil, gayanya saja yang besar ) segala sesuatu dia bisa menghandle,kacau semua birokrasi.tupoksi tidak dikuasai, berlagak bisa lobby sana lobby sini,dia tidak menyadari ada ratusan bahkan ribuan mata yang mengintai kelemahan-kelemahan nya .Â
Pegawai dibuat tidak nyaman dalam bekerja,. sampai tidak cukup lembaran artikel ini untuk menggambarkan kejelekan nya.padahal usianya belum paruh baya, singkat cerita ternyata di periode berikutnya si KDH yang didukungnya keok alias kalah. Terus aku pie????Â
Menjadi provokator
Kasihan karena impiannya untuk menjabat kedua kalinya tidak tercapai,dia mulai bernyanyi,bersiul diwarung kopi dan di kafe-kafe, sampai dompet nya bocor asal ada teman nya ngerumpi. Semua yang dikerjakan oleh KDH pemenang, diklaimnya jelek,semua bobrok. padahal kalau dia sadar yang dikerjakan sekarang adalah melanjutkan apa yang belum selesai dari pemerintah sebelumnya. dia pun termasuk didalamnya.maka tidak lah heran kalau sekarang dimana pun dia nongkrong orang pasti pergi menghindari, paling tidak membuat jarak diantara meja.
Sebenarnya artikel ini tertuang bukan tanpa tujuan,sekedar mengingatkan bahwa hidup ini sudah ada limit waktu nya,ada waktu posisi diatas, kadang dibawah ,disamping bahkan di belakang. terbersit di pikiran  apakah sebenarnya yang kita ributkan di dunia ini. Tuhan sudah kasih rezeki walaupun pas-pas an, sudah dikasih kesehatan,tapi kita belum sehat rasanya kalau belum membuat orang sakit hati,sudah dikasih kehormatan, tapi kita selalu merendahkan diri sendiri dengan tingkah laku yang sering diluar kesadaran.Â
Jadi teringat akan kematian seorang mantan pejabat yang kaya raya, ketika meninggal dunia dia hanya membawa pakaian yang ditubuhnya dan selembar ulos yang ditutupkan  ke tubuhnya.Â
Bostang kata orang Batak (terbujur kaku ) kekayaan, kekuatan, kekuasaan dan kesombongan nya tidak bisa dibawa mati. semua tinggal kenangan, bahkan bisa jadi keturunan nya yang menerima akibat baik buruknya ketika almarhum masih hidup.jadi ... Sudah lah,kurangi keangkuhan,kurangi kesombongan,kurangi kemunafikan, supaya hidup ini berjalan terus sesuai dengan keimanan kita. Kita boleh sombong pada saat orang lain merendahkan kita, kita boleh mengaku kaya raya ketika kita sudah bisa membantu keluarga dan orang yang membutuhkan.Â
Isi pulsa
Saya mantan pejabat, walaupun pun sampai esselon 3, birokrasi sudah saya jalani, berapa KDH sudah saya ikuti.saya tidak pernah ngoyo, tidak terlalu pusing siapa pun yang memimpin,saya hanya bekerja sesuai tupoksi, tetapi semakin kesini,para penjilat dan pendukung mulai unjuk gigi, menggeser kesana menggeser kesitu, sampai tiba saatnya ada istilah Isi pulsa, viral diantara sesama. kalau tidak diisi, HP mu pasti mati. Saya tidak mau, Â kalau melawan kita tidak tandai siapa kawan, siapa lawan.Â
Baguslah saya berbuat sesuatu, diam-diam saya  mengikuti pendidikan PKPA ( pendidikan khusus profesi advokat) setelah mengikuti tahapan nya saya pun berhasil lulus. Karena isi pulsa masih terngiang di otak, saya pun cabut dan pensiun dini,lalu magang dan disumpah, jadi lah profesi yang sekarang digeluti. Dendam??? Tidak..saya malah senang dan enjoy menjadi pengamat dari luar.
Jalin hubungan baik antara sesama
Banyak orang mengatakan " ketika menjabat,kita pasti dihormati" boleh ya boleh tidak.itu semua tergantung apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. Ternyata setelah saya diluar birokrasi,saya malah disegani,dan dicari - cari.mereka mengatakan " ho do na toho" artinya " kalaulah yang benar,berani mengambil sikap" iyalah....masya hidupku terus tertekan dan ditekan???? Ngisi pulsa terus. kita sudah bisa beli tanah dan ganti - ganti mobil lho. Padahal SK kalian tersimpan terus di Bank,mau S2,S2 lanjut  lagi S3     ( istilah PNS yang ngutang di Bank) kalau diukur dari waktu perkuliahan.Â
Makanya artikel ini tanpa judul,karena cerita nya ngawur.hehehehe...tapi bagi saya ini adalah bagian dari motivasi hidup di kehidupan sehari-hari yang nyata di sekeliling kita. Cerita ini masih seputar birokrasi entahlah kalau di lembaga lain apakah runutan kisah seperti ini terjadi juga, entahlah.... saya tidak ingin mengetahuinya
Saat ini dengan profesi yang baru, yang officium nobile,senang membantu sesama, hobby menulis lanjut, walaupun belum pernah masuk AU.saya tidak perduli. nanti Kompasiana akan tobat dan memberikan nya kepada saya..
 karena saya orang Batak saya harus katakan " Pantun do hangoluan.tois do hamagoan" artinya (sikap santun membawa kehidupan ,sombong mendatangkan malapetaka) horas...horas...horas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H