Mohon tunggu...
Arolina Sidauruk
Arolina Sidauruk Mohon Tunggu... Pengacara - Waktu itu sangat berharga

Bagai menegakkan benang basah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasib Saudaraku Driver Ojol

18 April 2020   01:00 Diperbarui: 18 April 2020   01:17 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah seminggu ini saya melihat saudara kita "gojek"   banyak yang menghabiskan waktu nongkrong ditempat-tempat fasilitas umum, mereka duduk secara bergerombol,seakan-akan tidak ada lagi yang ditunggu, entah mereka sepi orderan, atau menunggu waktu menjelang gelap agar terlihat capek dan sibuk sampai dirumah? 

Saya ingin menyapa mereka dengan bahasa yang bersahabat, bahwa saya juga merasakan apa yang mereka rasakan sekarang ini. Kalau bulan lalu, hampir tidak ada jaket hijau di taman bunga,tidak terlihat di emperan toko,tidak  tiduran di depan mall sampai nenyak dengan duduk diatas motornya. 

Lagi-lagi karena Covid 19. apa salah mereka sehingga waktu dan covid 19  pun ikut menghukum, padahal mereka bekerja untuk anak dan isteri,untuk memenuhi kebutuhan setiap hari, untuk membayar uang sekolah anak ,membayar cicilan motor, membayar kontrak rumah. 

entah kapan situasi ini berakhir, sementara  semua kebutuhan   tetap berjalan, tidak bisa diajak kompromi. Pemerintah memang sudah memberikan keringanan dengan membantu menunda cicilan, tapi tetap saja kebutuhan yang lain harus jalan. ok lah tidak usah beli sandang, kebutuhan pangan  yang tidak standar bergizi juga susah didapat. 

Suatu waktu saya pernah berbincang dengan salah seorang pengemudi Gojek wanita. saya tanya.." berapa kamu dapat sehari an ini?" dia mengaku " aku bisa kog bawa pulang 100 ribu, sudah lepas  makan dan BBM. Wow...berarti lumayan dong perbulannya? Iya bu...sudah ikut Go food dan antar anak sekolah". Lalu bagaimana dengan anakmu,siapa yang urus? 

Pagi sekali saya masak dan beresin bekal sampai sore,lalu saya antar anak sekolah, yang kecil saya titip ke ibu saya, katanya. (ternyata anaknya 2 orang, suaminya bekerja serabutan di kuli bangunan ) Ketika sianak pulang sekolah dijemput, antar kembali kerumah ibunya. begitulah rutinitasnya setiap hari.

Saya bertemu kembali dengan dia, lalu saya mendengar keluhannya,,,dari mulai tadi pagi ibu, saya cuma dapat orderan 1 (satu),, lebih baik saya pulang nemanin anak mengerjakan PR. 

Saya pun terdiam..apa yang mau dibahas lagi, memang seperti itulah nyatanya. jangan kan Gojek, yang ASN saja pun tidak bisa berbuat apa-apa, jadwal masuk kerja sudah dibuat oleh atasan, harus dilaksanakan, belum lagi bagaimana mencegah supaya virus/Covid 19 tidak mengenai kita. 

pekerjaan pun sudah tidak seefisien dan seefektif kemarin, coba kita bayangkan,,,rapat dinas ditiadakan,melakukan perjalanan dinas tidak boleh, ASN yang hendak konsultasi dengan kita juga takut kena Covid,laporan pekerjaan ke Propinsi dan ke Pusat  juga jadi terganggu, walaupun dilakukan secara online, tetap saja......

Kembali ke Gojek lagi, sampai kapan situasi ini berlangsung, tidak ada yang bisa memprediksi, sekalipun ada Kartu Pencari Kerja yang baru, tidak semua mempunyai keinginan untuk mencoba ke hal baru seperti itu. 

Saya sempat berpikir, apa jangan-jangan mereka berkumpul itu untuk merencanakan sesuatu? merasa terbebani dengan kondisi saat ini, bisa saja anarkhis, yang tadinya sudah hidup lumayan, tetiba kembali merana. 

Saya kurang tahu, apakah ada perjanjian  antara mereka dengan Boss Gojek, sebab saya dengar mereka ada kewajiban setoran / iyuran bulanan untuk  jaga-jaga dan menangkal hal-hal yang terjadi diluar dugaan? 

Mungkinkah Boss mereka membentuk Koperasi simpan pinjam yang bisa setiap saat diambil untuk keperluan sekolah anak misalnya?Kalau ada,,baguslah...bisa meringankan beban saudara Gojek itu. 

Tapi.... dalam situasi seperti ini, ada saja yang kurang senang atas perhatian Pemerintah terhadap Pengemudi Gojek, seakan-akan mereka dianak emaskan, padahal mereka hanya mementingkan perutnya saja,bukan ber kontribusi untuk negara, (begitu sungut mereka) 

Lha....kita saja sebagai penonton hanya bisa mengelus dada atas kondisi sekarang ,semua serba salah, serba sulit dan serba terpaksa.mereka diluaran mencari rezeki, kita yang dirumah juga mengharap rezeki, tapi kalau tidak berusaha? dari mana datangnya,,dari langit????

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun