Jika kita menengok pada sejarah masa lalu bangsa Indonesia, maka sudah bisa dipastikan semakin banyak partai malah akan semakin memperkaya perbedaan itu sendiri bahkan semakin runcing. Sehingga sikap toleransi hanya terbentuk setiap 5 tahun sekali, itupun jika tidak ada perubahan yang mendasar dalam sudut pandang tiap partai ketika Munas. Maka bukanlah kemajuan ketika berdemokrasi, melainkan sebuah kemunduran yang sistematis. Bentuk konkretnya ialah, setiap elemen masyarakat sebenarnya tidak bisa membedakan apa yang menjadi pembeda?
Â
Perbaiki Ikatan Harmoni dan Toleransi di Masa Depan
Tidak bisa kekuatan partai-partai Indonesia terus berkutat dan terfokus di sisi toleransi kekuasaan, melainkan mesti dikembalikan pada pondasi awal para pendiri bangsa yaitu memunculkan harmoni terlebih dahulu, kemudian ikat dengan toleransi kebersamaan sampai periode kepemimpinan berakhir! Harmoni yang harus dilakukan ialah, duduk bersama bukan sekedar perang kehebatan logika. Melainkan lebih diutamakan memerangi permasalahan bangsa yang jelas sekali didepan mata, dengan cara menyatukan visi dan misi secara konsisten.
Hitungan matematis rakyat mengatakan, berapa biaya yang mesti dikeluarkan untuk mengadakan pesta demokrasi? Berapa banyak waktu dan energi yang terkuras untuk mendinginkan suasana ketika pesta telah berakhir? Lalu pertanyaan klimaksnya, apakah hasil yang didapat telah sesuai dengan apa yang telah diberikan?. Malah paling menonjol ialah terjadinya perselisihan antar partai, perbedaan pandangan antar pendukung, dan kegaduhan yang memakan waktu yang cukup lama, hampir 1/3 periode kepemimpinan. Pemerintah sibuk mensinergikan pos-pos kabinet, dan Parlemen yang sibuk dengan urusan dapur.
Sesungguhnya sudah sangat tepat atas apa yang diusung oleh Presiden Joko Widodo, dengan melakukan harmonisasi di berbagai lini. Yaitu melakukan keselarasan bahwa Indonesia harus dibenahi secara gotong royong, tidak cukup sekedar kekuatan Eksekutif dan Legislatif yang disesuaikan, tapi lebih dari itu ialah merangkul seluruh kekuatan yang berada di tengah-tengah rakyatnya tanpa terkecuali. Dengan demikian, prinsip-prinsip yang menjadi titik tolak perubahan positif bisa tercapai di masa yang akan datang!
Partai Politik harus segera membenahi berbagai kepentingan, membenahi kaderisasi, membenahi pola pikir berpolitik, membenahi carut-marut dalam koalisi dan beroposisi. Sedangkan rakyat harus mulai mencatat segala perilaku dan tindak tanduk partai politik, dan memberikan raport penilaian di pemilu berikutnya. Dengan cara memberikan hukuman bagi partai yg tidak sungguh-sungguh bekerja bagi rakyat, dan memberikan award bagi partai yang memang lebih terlihat dan terasa kerja serta kinerjanya. Ketika mencoblos lebih dikhususkan pandangan hati dibandingkan pandangan mata, itulah pilihan lebih hebat untuk Indonesia di masa yang akan datang.Â
Â
Â
Selamat beraktifitas