Mohon tunggu...
Arohmanmail
Arohmanmail Mohon Tunggu... Jurnalis - Abdur Rohman

Praktisi media penghoby kuliner...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Demi Mengajar di Papua, Nekad Arungi Lautan 14 Hari

31 Juli 2021   11:49 Diperbarui: 31 Juli 2021   12:02 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jumeneng (kanan) bersama siswanya (Dokpri)

Pria kelahiran Lamongan 10 Oktober 1977 itu menyatakan hidup yang bermanfaat menjadi passionnya saat ini. Segala sesuatu yang diketahui dan dipelajari akan lebih bermanfaat jika diamalkan atau disampaikan pada orang lain. Misalnya saja belajar ilmu pengetahuan Bahasa Indonesia, maka akan diajarkan atau disampaikan pada orang lain agar lebih bermanfaat. "Bermanfaat bagi saya sendiri maupun orang lain, dengan kata lain menjadi amal sholeh dan jariyah," tuturnya.

Sebagai alumni Unesa, tentu saja banyak hal berkesan yang dialami Jumeneng selama menjadi mahasiswa. Hal yang paling diingat adalah pesan dari almarhum dosen pengajarnya Adi Sampurno. Kala itu, sang dosen menyampaikan pesan agar tidak takut jika belum mendapatkan pekerjaan atau nganggur karena pasti Allah sudah menyiapkan rezeki melalui pekerjaaan apa saja. "Yang penting kuliah dengan sungguh-sungguh dan belajar," tuturnya menirukan perkataan dosennya saat itu.

Terkait cita-cita atau rencana terbesar, Jumeneng mengaku tidak memiliki kecuali hanya ingin membalas budi orang tua. "Merawat ibu saya. Mutasi ke jawa. Selain bekerja untuk dunia dan beribadah birrul walidaini pada orang tua," pungkasnya.

Sebagai pengajar di ujung timur Indonesia, tentu saja ia berharap pendidikan di Papua lebih baik dan maju. Selain itu, ia juga berharap kesadaran orang tua asli Papua untuk pendidikan lebih baik dengan dukungan pemerintah daerah, kepala kampung dan kepala adat atau suku. Adapun harapan untuk Unesa, hendaknya dapat merekut putra-putri Papua untuk dididik dan diajarkan teori pembelajaran atau pendidikan yang sesuai dengan konteks budaya masyarakat Papua.  Sebab, budaya Papua sangat berbeda dengan karakter dan budaya Jawa. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun