Mohon tunggu...
Arnol Lika
Arnol Lika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Punk Never Dies, Eustass "Captain" Kid dan Simbol Kritikan kepada Bentuk Penindasan

27 Juli 2024   01:48 Diperbarui: 27 Juli 2024   05:41 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dunia Kriminal masih disebut Bermoral dari pada penguasa yang tamak. Apa kalian sadar saat sampah menguasai dunia, maka dunia akan melahirkan sampah"

-Eustass "Captain" Kid

Kutipan diatas merupakan salah satu kalimat pada chapter 500 saat Kid berada di Rumah Lelang dalam Arc Sabaody Archipelagi. Hal ini merupakan kritikan kepada para pemimpin kerajaan dan golongan bangsawan dalam dunia One Piece. Kidd merupakan salah satu karakter di Dunia One Piece yang digambarkan sebagai sosok yang memiliki aliran punk dan hal ini bisa dilihat dari visual dan penggambaran karakternya dalam alur cerita One Piece.

Istilah punk dapat diartikan sebagai suatu gaya/fashion atau sikap yang lahir dari sifat memberontak, tidak puas hati,marah pada suatu hal terutama terhadap keadaan sosial, politik, dan ekonomi yang menindas yang diekspresikan melalui cara berpakaian dan gaya hidup. 

Punk sebagai ideologi akan menolak kontrol negara dan representasi terhadap individu dan pilihan hidupnya melalui manipulasi politik. Penolakan pada kontrol ini mengarah kepada situasi dimana setiap individu mengatur dirinya sendiri dan tidak dalam situasi chaos, dimana semua orang melakukan apa yang mereka inginkan tanpa tanggung jawab.

Kebebasan dari segala bentuk penindasan merupakan salah satu isu yang diangkat dalam alur cerita One Piece dari awal cerita, mulai Romance Down hingga Wanokuni. Namun berbeda dengan penggambaran melalui karakter utama, Eustass Kid dan Punk nya menjadi salah satu cara bagaimana penggambaran upaya pembebasan dari penindasan diangkat secara tersirat. 

Perdagangan manusia dan budak dalam arc Sabaody, eksplotasi sumber daya dan perbudakan di arc Wano dan di Mariejoa merupakan gambaran dari bagaimana pemerintah dan penguasa dengan gamblang menggunakan posisinya sebagai penguasa tertinggi dan satu-satunya melakukan penindasan kepada ras dan kaum yang lebih lemah.

Kekuasan yang mutlak oleh satu-satunya pemerintahan dunia tanpa adanya suatu kelompok penentang yang kuat membuat posisi para rakyat biasa hanya sebatas alat yang bisa digunakan dan diekspliotasi sesuka hati, bahkan dimusnahkan menggunakan Buster Call jika berani menentang pemerintah dunia. Gambaran dunia dan sistem seperti ini tidaklah ideal bagi masyarakat. 

Situasi dimana masyarakat dapat hidup dengan bebas menjadi tujuan yang diinginkan hampir semua orang dan hal ini bisa diwujudkan dengan bagaimana pemerintah, negara, dan penguasa diisi oleh orang-orang yang benar-benar peduli dengan aspek kehidupan masyarakat.

Dunia seperti ini hanyalah utopia. Siapa saja yang berada pada kekuasaan serta impian yang dibawanya akan membawa masyarakat kepada suatu situasi yang baik ataupun buruk. Dunia tanpa adanya pemimpin bisa saja berujung pada kekacauan. Namun suatu negara yang ideal sebagai manifestasi dari kebebasan yang ada dalam angan-angan bisa terwujud dengan pendekatan humanis yang universal oleh negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun