Mohon tunggu...
Arnold C.Turang
Arnold C.Turang Mohon Tunggu... Petani - Bersama Merawat dan Pelihara Bumi Rumah Kita Dengan Bermartabat

Serva Ordinem et Ordo Servate - Verba volant Scripta manent

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kenali Inovasi Teknologi Fertigasi, War dengan Covid-19

15 Januari 2022   10:31 Diperbarui: 18 Januari 2022   13:45 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Penyuluhan di screen House Krisan (dokpri)

Setelah kota Tomohon mendeklarasikan diri “Kota Bunga” (2008), berdampak positif pada masyarakat pencinta flori. Memang, Tomohon dalam pengembangan pertanian mengarahkan setiap kecamatannya sesuai agro ecosystem zoningnya (AEZ).

Seperti kecamatan Tomohon Timur, diarahkan pada hortikultura sayuran dan wisata agronya. Tomohon Barat, tanaman pangan seperti padi dan jagung, ternak dan ikan. Tomohon Selatan tanaman pangan juga dan sebagian horti dan ternak.

Namun demikian hal itu, belumlah menjadi harga mati. Karena sebaran passion usaha tani dinamis. Karena kondisi agro ekosistem Tomohon, tanaman apa saja dapat tumbuh baik, tergantung passion masyarakat di wilayah itu.

Tomohon Utara, yang menjadi prioritas tanaman flori cultura, namun juga tetap ada pengembangan horti lain seperti sayuran dan bawang. Jadi tetap kembali pada culture masyarakat setempat. Dan ini sangat didukung oleh iklim setempat.

Sebagai kawasan pengembang flori, kecamatan Tomohon Utara, memang sudah mengoleksi screen house untuk pengembangan bunga dan tanaman sela sayur lainnya.

Ilustrasi. Penyuluhan di screen House Krisan (dokpri)
Ilustrasi. Penyuluhan di screen House Krisan (dokpri)

Dari sistim tanam biasa sampai semi smart, sudah mulai dilakoni petani krisan di Tomohon Utara. Untuk itu, penting untuk disuluhkan pada petani flori, tentang teknik fertigasi dan hidroponik pada tanaman flori cultura dan sayuran.

Teknik ini, sebagai upaya untuk menekan penggunaan tenaga kerja. Namun demikian memang akan meningkatkan cost input. Hal bila dipertimbangkan dengan baik, pasti meningkatkan pendapatan petani. Karena sistim ini terkontrol.

Hasil dari teknik ini, akan lebih adaptif dan prospektif kedepan. Dengan culture petani secara eksisting yang sudah trampil, ketika dikombinasikan dengan teknik ini, akan lebih baik kedepan, semoga.

Dalam artikel ini, akan mencoba memperkenalkan petani dengan inovasi teknologi semi smart. Dan ini dilaksanakn pada petani binaan penyuluh James Mogi untuk pengembangan Krisan dan Piet Pungus untuk rencana pembibitan krisan.

Kegiatan ini di inisiasi Perhimpunan Penyuluh Pertanian (Perhiptani) Sulawesi Utara, bekerjasama dengan Corporate Social Responsibily CSR dari PT.PLN . Ini adalah upaya optimalisasi listrik bukan hanya kebutuhan rumah tangga, tapi juga menghadapi electrifying lifestyle masyarakat, kata Maria Merry.

Selama ini, kita hanya mengenal listrik untuk kebutuhan rumah tangga saja. Dengan program listrik untuk usahatani, pemanfaatan listrik lebih diberdayakan lagi untuk memberikan manfaat bagi masyarkat. Dalam sistim fertigasi, harus menggunakan listrik.

Sistem Fertigasi

Sistim ini, adalah satu dari metode hidroponik. Fertigasi sendiri adalah teknik aplikasi nutrisi bagi tanaman, melalui teknik sistim irigasi. Dan teknik ini telah dikembangkan Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kemtan).

Fertigasi sendiri, singaktan dari kata fertilisasi (pemupukan) dan irigasi. Pupuk (fertilizer) atau penyubur, sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, dan harus ditambahkan manusia pada tanaman yang diusahakan.

Cara menambahkan, harus terukur dan tepat waktu dan tepat jumlah, agar tanaman yang diusahakan akan memberikan hasil seperti diharapkan. Dari pengalaman, Nampak fertiliz diberikan, tapi tanaman tidak memberikan seperti harapan. Hal ini harus diberikan, sesuai perkembangan tanaman.

Seperti kita manusia, saat makan pagi harus tepat jamnya, makan siang, istirahat dan sebagainya. Filosofi pada manusia, harus diiplementasi sama pada tanaman, sesuai jenis tanaman agar lebih bermartabat dalam berusahatani dan menciptakan keseimbangan penghuni bumi.

Inovasi Teknologi Pertanian (Inovtektan) fertigasi, merupakan upaya Balitbangtan dalam menyikapi kemajuan pada era revolusi industry 4.0, dengan Internet of Thigs (IoT) dan Big Data. Dengan kemudahan ini, diimplementasi pada inovtektan dan hasilkan sistim pertanian smart.

Dengan teknik ini, pemberian nutrisi pada tanaman bersamaan dengan melakukan penyiraman. Dengan demikian, tercipta efisiensi penggunaan pupuk (fertiliz) dan lebih optimal digunakan tanaman. Dan ini sudah diatur dalam timer, dan diberikan beranggsur. Jadi kehilangan unsur hara dapat ditekan. Apa lagi unsur Nitrogen, yang sifatnya leaching (pencucian) dan mudah berubah menjadi gas dan menguap (denitrifikasi).

Apalagi, rata-rata petani dalam aplikasi pupuk, kurang memperhatikan menutup pupuk atau meninggalkan pupuk dalam tanah. Tanpa disadari petani telah berkontribusi dalam pengerusakan lingkungan serta kontribusi pada pengerusakan ozon, karena sifat denitrifikasi dari Nitrogen.

Keunggulan Sistim Fertigasi

Nutrisi tanaman, diberikan sesuai kebutuhan tanaman dan umur tanaman

Kebersihan terjamin dan menghindari penyakit

Menyelamatkan udara dan tanah dari denitrifikasi

Meningkatkan hasil dan pendapatan petani

Kualitas hasil, lebih baik

Penggunaan nutrisi tepat

Kelemahan dari cara ini

Modal awal memang agak tinggi dan belum terbiasa

Harus tahu dan paham tentang sifat tanaman yang akan ditanam (peran penyuluh penting)

Perawatan harus berkelanjutan

Harus mengontrol sistim setiap selesai periode usaha

Kerusakan sistim pengairan, berpengaruh pada hasil tentu.

Kebutuhan Nutrisi Tanaman

Secara umum, tanaman untuk dapat hidup dan memberikan hasil, harus terpenuhi yaitu unsur makro (NPK) dan unsur-unsur micro. Unsur makro, dibutuhakan tanaman dalam jumlah besar dan harus ditambahkan. Dan unsur mikro, dibutuhkan sedikit dan relative penambahannya.

Unsur Karbon, hydrogen, dan oksigen dapat diperoleh secara alami dari lingkungan, namun sisanya harus ditambahkan dari luar.

Dalam sistim fertigasi, unsur hara yang diberikan adalah nitrogen, phosphorus, kalium, sulfur, zinc (seng) dan zat besi.

Sistim fertigasi, sangat baik untuk tanaman horti seperti sayuran berbuah seperti Tomat, timun jepang, cabe, terong, melon cabe sayur, stowberi dan juga tanaman hias seperti krisan dan tanaman hias lainnya.

Jadi prinsipnya, cara fertigasi akan lebih baik pada tanaman yang bernilai tinggi. Karena investasi awal untuk sistim ini, cukup tinggi. Untuk itu, perlu para penyuluh dapat menfasilitasi Corporate Social Responsibily CSR perusahaan yang ada untuk berkontribusi dalam penyiapan infrastrukturnya.

Sistim dimasa pandemic corona virus 2019 (Covid 19), sangat berkontribusi pada ketahanan pangan keluarga. Karena saat pembatasan social, masyarakat dirumah saja. Kegiatan baru masyarakat adalah bertani di lahan sempit dengan sistim fertigasi.

Karena sistim ini, tidak menggunakan tanah, tapi menggunakan pengganti tanah seperti: cocopeat, sekam padi bakar, rootwool, perlite, zeolite dan juga vermiculate. Dan ini semua sudah bias didapat secara online.

Umumnya sekam padi dan coopeat, banyak digunakan dalam sistim ini. Karena harganya murah dan ringan, juga baik untuk menyimpan air dan banyak nutrisi alami terkandung didalamnya.

Komponen Fertigasi

Peralatan atau komponen yang digunakan dalam sistim fertigasi adalah: tangka air (500-1000 liter), tong stok nutrient, pompa mini, talang air atau pvc, dripper, selang kecil dan besar, digital timer, pH meter, dan peralatan irigasi lainnya (bias online kelengkapan ini).

Pemberian nutrisi pada sistim ini yaitu: nutrisi diberikan 3-6 kali sehari, selama 5-10 menit. Ini sudah di seting dalam timer. Pemberian harus melihat kondisi cuaca, serta kedewasaan tanaman itu sendiri.

Menurut James Mogi, dengan model ini, beliau mendapatkan satu pengalaman baru. Karena efisien penggunaan sarana produksi untuk krisan dan listrik lebih hemat, karena bukan lagi menggunakan listrik rumah tangga, tapi listrik usaha.

Di screen house 10 x 12 meter, telah terpasang fertigasi untuk tanaman krisan. Sementara usahatani bunga James, ada 5 screen house, yang dijadwal sistim tanamnya. Tinggal menekan tombol, tanaman sudah dapat diairi dan diberikan makan, tutur James.  

Demikian pengenalan teknik fertigasi hidroponik, dari pengalaman mendampingi kegiatan pengembangan krisan di kota Tomohon yang sudah semi smart green house.(#Artur)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun