Mohon tunggu...
Arnold Belau
Arnold Belau Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menulis Itu membebaskan. menulis itu Indah.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Orang Moni Itu Jahat?

11 Januari 2014   13:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bulan September 2012 saya tertarik pada satu sosok gadis perempuan Papua. Saya melakukan PDKT dengan dia selama sebulan itu. Banyak cara. Cara berkomunikasi kami unik. Mulai dari SMSan, Chatting di Facebook, maupun teleponan. Itu semua kami lakukan

.

Kadangkala sehabis kerja, tik berita dan sesudah kirim ke redaktur untuk diedit lalu dipublikasikan, saya biasa telepon dia. Juga kadangkala dia yang telepon.

Saya menjadi dan mulai kagum dan tertarik padanya. Makin hari makin dekat. Kami sering janjian lalu ketemu. Kemudian kadangkala kami makan bersama.

Ketertarikan saya pada dia itu saya tunjukkan lewat perhatian saya padanya. Kami sudah lama kenal. Bahkan sebelumnya juga akrab. Karena kami satu SMA. mengenyam pendidikan di bangku SMA selama tiga tahun di SMA Adhi Luhur, Nabire. Satu angkatan pula. Hanya saja kami beda kelas.

Ya.... sampai dengan klimaksnya pada tanggal 26 Oktober. Siangnya, dia bersama rekan-rekannya pergi ke kali Kampwolker di Waena untuk mandi-mandi sambil merayakan ulang tahunnya yang ke-20. Saya tak ikut. Karena kebetulan siang itu saya ada kesibukan. Hunting.

Sepulang liputan saya tunggu di asrama, tempat saya tinggal di Kotaraja Luar. Saya SMS dia pada sore menjelang malam untuk ketemu. Saya pergi ke Lingkaran. Kami ketemu disana. Sesudah itu kami dua ke Ramayana, Salah Satu Mall besar yang ada di Abepura. Saya tahu, hari itu adalah ulang tahunnya. Hari teristimewa untuk dia. Tapi saya tidak ucapkan selamat ualng tahun. Saya juga bingung mau berikan kado apa. Terpaksa kami hanya ke mall Ramayana yang terletak di Kotaraja itu.

Di Ramayana kami tidak kemana-mana. Langsung menuju ke lantai satu yang ada di dalam tanah. Saya ajak dia pergi ke tempat boneka-boneka. Saya minta agar dia pilih boneka yang paling dia suka. Tadinya saya berfikir dia akan ambil boneka kelinci pink atau kucing biru muda. Eh.... dia ambil satu boneka Panda yang imut. Ia tempatkan boneka dalam pelukannya. Saya bilang, boneka ini adalah hadiah ulang tahunmu. Maaf saya tidak berikan kado. Hanya itu yang saya bilang.

Sebentaarr..... kami belum jadian. Masih dalam tahap PDKT. Setelah itu kami ke Lingkaran sembari antar dia ke kosnya. Saya hanya antar sampai di Merpati. Depan gereja Katolik Gembala Baik, Abepura. Tempat ganti angkot Entrop. Mobil-mobil Starwagon merah dan putih.

Setelah ia kembali ke kosnya saya pun pulang ke asrama. Di Kotaraja Luar. Setibanya di di asrama kami SMSan. Ketemu dan teleponan tidak cukup. Jadi setelah pulang SMSan lagi. Tetapi setelah kami SMSan saya ungkapkan semua perasaan saya ke dia. Sekaligus bilang bahwa saya tertarik padanya. Dan jika boleh, saya ingin jadi pacarnya.

Hahaha.... ini yang dong bilang nembak ka itu. Jujur saja, saya tidak berani bicara langsung kepadanya pada waktu itu.

Setelah mendengar ungkapan perasaan saya. Ia menjawab dengan banyak alasan dan banyak jawaba. Eh.... tahu-tahu kami sudah jadian seajk tanggal 26 Oktober 2012 dan kami jalani hari-hari kami hingga hari ini.

Saya tidak tahu apa kata orang. Dalam artian stigma yang diberikan untuk saya. Maaf, saya orang Migani. Juga orang biasa panggil orang Moni lazimnya.

Selama saya hidup, belum pernah terdengar di telinga saya bahwa "orang moni itu jahat". Ini hanya stigma. Saya akui bahwa ini adalah pandangan orang. Dan tidak bisa terima dan berikan respon yang sifatnya negatif.

Tetapi musti dilihat dan diterima dengan kepala dingin. Orang di luar sana sudah meberikan stigma seperti itu bukan tanpa alasan. Tentu dengan alasan kuat. Bahkan dengan bukti pendukung yang cukup.

Stigma, "Orang Moni itu Jahat" bagi saya adalah stigma baru yang saya dengar selama saya hidup. Barangkali untuk orang lain mungkin sudah pernah dengar atau bahkan sudah biasa.

Beberapa hari setelah kami jadian, ia ajak saya untuk ke Rumah Sakit Dian Harapan untuk menjenguk temannya yang sedang sakit. Ia adalah Lysa Yembise. Sebelumnya saya sudah kenal Lysa. Karena dulunya dia satu kosan dengan Hengky Yeimo sahabat saya di Perumnas 1 Waena.

Kami sudah di RSDH. Disana kami tiba agak malam. Langsung ke ruangan diaman Lysa berada. Lysa terbaring di tempat tidur dengan infus ditangan kirinya. Ia ditemani oleh temannya sekosnya, Yana Tebay. Saya sama sekali tidak kenal Yana.

Saat saya masuk hingga pulang, tidak senyum bahkan ketawa. Pokoknya ekspresi wajah si Yana kurang bagus. Seakan-akan ia benci. Saya sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah waktunya untuk pulang, kami pamitan lalu keluar dari ruangan itu saya Tanya pada Esthy.

Tadi kenapa ekspresi temanmu saat kami masuk hingga keluar ekspresinya tidak bagus. Setelah banyak pembicaraan, klimaksnya yang saya ingat sampai hari ini adalah "Orang Moni Itu Jahat".

Kalimat ini diucapkan Yana saat melihat Esthy pacar saya dan saya akrab amat. Sehingga hal itu disampaikan Yana pada Esthy. Kenapa terlalu dekat dan ikut-ikut laki-laki moni itu.

Orang Moni Itu Jahat-jahat.

Singkatnya seperti itu kata Yana pada temannya Esthy. Jadi, pada saat saya bersama Esthy jenguk Mina sapaan akrab untuk Lysa di Dian Harapan, Yana tidak senyum ataupun ketawa lihat saya, apalagi bicara. Singkatnya begitu.

Tetapi, stigma seperti mengatakan orang moni itu jahat, saya kira mungkin ada benarnya. Tetapi sesungguhnya saya tidak terlalu terpengaruh dengan stigma seperti ini. Toh, tidak ada sebuah kajian ataupun penelitian yang sifatnya ilmiah yang menyatakan bahwa orang moni itu jahat-jahat.

Stigma ini memang saya baru dengar. Tetapi tak bisa dipungkiri bahwa stigma seperti ini sudah lama berlaku untuk menstigma suku terentu.

Tetapi yang kita perlu tahu adalah, stigma sperti itu lahir secara emosional. Tanpa ada kajian-kajian khusus. Juga sesungguhnya semua manusia dari berbagai suku dan ras yang ada di planet ini tidak ada yang jahat. Semua baik adanya. Hanya saja dengan tujuan dan maksud tertentu barulah, orang, kelompok atau individu melakukan tindakan kejahatan atau kriminal.

Lantas, menurut saya mereka yang menstigma seperti itu berarti, barangkali melihat banyaknya kasus kriminal atau kejahatan yang dilakukan oleh suku tertentu lalu disitigma sebagai orang, kelompok atau suku yang jahat, pada hal nyatanya tidak. Perbuatan segelintir oranglah yang membuat pandangan orang untuk memvonis secara keseluruhan bahwa orang ini begini, suku ini begini atau apalah.

Jadi begitu saya dengar Orang Moni itu jahat, saya hanya senyum dan mengatakan tidak semua orang moni jahat. Kembali kepada individunya. Tidak perlu memukul rata perbuatan satu orang untuk semua apalagi untuk mengatasnamakan satu suku tertentu.

Mendengar stigma itu saya malah senang. Karena melalui perkataan yang Yana bilang membuat saya menjadi tahu apa pandangan orang lain terhadap orang moni. Dan saya menjadi tertantang untuk membuat sebuah penulisan tentang itu. Tapi hanya sebatas wacana. Belum saya memulai ataupun belum ada ide untuk membuat itu. Semoga harapan saya ini terwujud di beberapa waktu mendatang.

Yana, Lysa dan Esthy punya satu perkumpulan atau komunitas kecil. Dimana mereka menamai diri mereka Mountain Girls atau gadis-gadis gunung. Mereka beranggotakan sembilan orang semua perempuan.

Komunitas mereka erbatas dan kecil. Tapi mimpi mereka besar. Saya lebih suka menyebut mereka sebagai perempuan-perempuan Papua yang hebat. Perempuan-perempuan Papua yang punya mimpi besar. Semangat dan kekompakkan mereka sangat baik dan erat. Saya senang. Mereka semua adalah gadis-gadis muda yang sedang menenyam pendidikan di Uncen. Setelah selesai mereka akan menjadi perempuan-perempuan hebat yang akan menjadi doker di pegunungan Papua.

Mereka yang saya maksud adalah, Christine Mirip, Yana Tebay, Lysa Yembise, Esthy Yawalka, Ephy Kadepa, Nosa Mabel, Lea Tabuni, Mega Kogoya, dan Priska Itlay. Mereka semua baik. Saya kenal mereka dengan baik begitu pula sebaliknya.

Yang agak lucu adalah, Yana yang tadinya mengatakan orang Moni itu Jahat hari demi hari berlalh dan Yana menjadi dekat dengan saya. Maksud saya untuk apa saja tak sungkan-sungkan. Baik terhadap saya maupun dengan Esthy kekasih saya.

Kembali ke pembahasan awal. Bahwa sesungguhnya di muka bumi ini tidak ada satupun manusia sar berbagai suku, ras dan golongan yang terlahir jahat. Pada mulanya semuanya baik.

Lebih jauh misalnya, stigma yang diberikan untuk Adlof Hitler adalah Pembunuh berdarah dingin. Juga ia dianggap sebagai pemicu adanya perang dunia ke II. Lantaran saat Hitler berkuasa, jutaan nyawa orang Yahudi menjadi tumbalnya. Stigma untuk Hitler saya kira cukup dan dilandasi oleh penelitian dan kajian khusus terhadap wataknya maupun jutaan orang Yahudi yang menjadi korban keganasannya. Nah, stigma untuk Adolf Hitler lahir dari hasil kajian khusus.

Untuk saat ini, perang dingin antara Cina dan Amerika. Antara Amerika dan negara-negara di Timur Tengah adalah bukti nyata hari ini yang bisa kita tahu. Sementra itu antara Israel dan Palestina. Ini perang fisik nyata hari ini.

Lebih dekat lagi misalnya, antara tentara dan polisi indonesia dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua. Jika aksi penembakannya dilakukan oleh TPN maka banyak stigma yang diberikan untuk TPN, misalnya, separatis, Gerakan Pengacau Keamanan, Gerakan Sipil Bersenjata dan sebutan lainnya. Ini stigma-stigma yang diberikan untuk TPN.

Apapum caranya stigma itu diberikan untuk menyudutkan pihak lain. Dalam kaitannya dengan stigma orang moni itu jahat-jahat, saya kira bukan karena ingin menyudutkan tetapi dikeluarkan karena didorong oleh emosional secara spontan.

Eh..... saya senang dengan stigma seperti itu. Karena selain saya tahu pandangan orang lain terhadap orang moni saya juga bisa menuliskannya dengan gaya saya untuk meluruskan stigma itu.

Secara pribadi saya sebagai orang Moni akan mengatakan stigma itu tak benar. Itu masih dalam jangkauan yang wajar. Saya juga akan bilang buktinya saya tidak jahat seperti stigma itu. Itu artinya, tidak semua manusia jahat. Alangkah baiknya stigma seperti itu dialamatkan kepada mereka para pelakunya.

Beberapa waktu yang lalu, hal yang sama disinggung lagi oleh Esthy di sosial media, twitter. Hal itu ia menyinggug saya karena melihat ekspresi wajah saya yang agak aneh karena emosi yang tak terkontrol. Ia turut membenarkan stigma diatas. Untuk saya biasa saja. Sudah biasa. Sa tidak peduli. Toh stigma itu tak ada kebenarannya kok, untuk apa ambil pusing.

Lalu, sebelumnya ada niat untuk menulis tentang hal ini karena menarik. Tetapi tidak jadi-jadi karena malas. Tetapi saat disinggung lagi di twitter tentang stigma ini, saya membuat tulisan pendek ini. Salah satu tujuannya bukan untuk membantah, bukan juga untuk mengatakan dengan kasar bahwa saya tidak jahat..!!.

Tetapi lebihnya adalah ingin mengatakan, ada baiknya ketika kita memberikan stigma itu kepada oknumnya. Bukan kepada nama suku atau ras. Karena pada dasarnya semua manusia tidak sama. Karakter dan sifat semua beda-beda. Dan tidak semua orang dalam satu suku itu jahat.

Dalam tulisan ini digunakan istilah Moni. Yang seharusnya adalah Migani. Filosopi Migani itu sendiri adalah, Miga berarti sederhana. Apa adanya. Asli. Sementara Ni artinya menunjuk pada manusianya. Jadi Migani berarti manusia sederhana. Manusia apa adanya. Manusia sejati.

Lebih baik dipanggil Migani. Karena kata moni tidak ada artk dan makna satupun baik secara filosopis maupun secara etimologis.

Migani atau Moni adalah nama satu dari 270an suku yang menyebar d tanah Papua. Umunya orang Migani mendiami di sekitar bawah kaki Cartenz.

Di lautan bebas, dalam Kapal Motor Labobar, Dek 2 tanggal 21 Desember 2013.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun