Kedua, inverted full back. Penjelasan sederhananya adalah seorang pemain yang seharusnya menjadi fullback tapi diinstruksikan dalam beberapa situasi berubah menjadi gelandang tengah.
Meski role play ini sudah dimainkan sejak lama, yakni saat Piala Dunia 2002 yang dimotori oleh Roberto Carlos dan Cafu, namun paling anyar adalah keberhasilan Pep Guardiola merevolusi peran Joshua Kimmich di Beyern Muenchen dan Kyle Walker di Manchester City.
Di peran barunya ini, para pemain ini bahkan tak jarang terlihat menjadi pengatur permainan dengan kemampuan passingnya sekaligus menambah kekuatan di lini tengah.
Terakhir, Jurgen Klopp mengekor dengan merubah Trent Alexander-Arnold menjadi seorang Inverted Fullback-nya Liverpool. Berhasil.
Bagaimana dengan timnas Indonesia? Peran ini dapat perlahan diadaptasi oleh Asnawi pemain yang paling menarik perhatian dan nampaknya mempunyai kualitas untuk itu.
Di beberapa laga bersama timnas, nampaknya Asnawi pernah diinstruksikan untuk menjadi inverted full-back oleh STY, tapi karena belum lama berperan seperti itu, Asnawi masih terlihat kagok. Masih butuh waktu.
Selain Asnawi ada lagi pemain yang dapat memainkan peran ini? Meski agak ragu, saya kira nama Yakob Sayuri dapat dikedepankan. Pemain serba bisa yang berposisi asli di fullback ini, berulang kali dicoba STY dalam posisi yang berbeda. Perlu dicoba dan ya itu, masih butuh waktu.
Terakhir, reinkarnasi halfback John Stones di Manchester City. Lagi-lagi bisa dikatakan bahwa Guardiola sangat berani mencoba metode ini, karena memaksa Manchester City bermain dengan taktik 3-2-4-1 dari Februari 2023.
Penjelasannya adalah Guardiola mencari dua pivot di depan trio beknya, Ruben Diaz, Manuel Akanji, dan Nathan Ake. Sudah ada Rodri sebagai pivot pertama, tapi belum ada padanan yang pas dalam pencarian itu.
Alasannya cukup kuat, pivot ini perlu memiliki kemampuan bertahan yang baik, tapi juga memiliki kualitas mengoper bola dan mengontrol permainan dengan baik. Akhirnya Guardiola menemukan John Stones sebagai jawaban.
Pemahaman dan adapatasi cepat John Stones yang awalnya adalah seorang bek tengah, membuat City lancar menyerang dengan taktik 3-2-4-1 tapi tanggun ketika bertahan dengan 4-4-1-1 dengan John Stone yang mengisi ruang di belakang.