"Semalam, ketika perlawanan Indonesia dan Argentina, semua pemain warisan+naturalisasi menyanyikan lagu Indonesia Raya walaupun ada daripada mereka pertama kali atau baru beraksi di Indonesia seperti Rafael [Struijk], [Shayne] Pattynama dan lain lain. Tetapi di Malaysia pemain ini masih tidak hafal," tulis salahs atu netizen Negeri Jiran.
Apakah pujian ini pantas? Saya yang menyaksikan bagaimana lagak para pemain kita seperti Jordi Amat, Marc Klok, Elkan Baggott hingga Sandy Walsh jelas sepakat atau menyetujui pujian dari Negeri Jiran tersebut.
Para pemain naturalisasi kita bukan saja lancar ikut menyanyikan, tetapi juga merasakan atau menghayatinya.
Di ajang pencarian bakat penyanyi, maka ini dinamakan dengan emosi. Nilai yang sangat tinggi.
Perhatikan saja bagaimana Marc Klok bernyanyi sambil menutup mata, dan sesudah lagu usai Marc Klok lalu memekik, berteriak, bagai merasakan bagaimana nafas "Indonesia Raya" itu menggerakannya untuk tampil hebat di Gelora Bung Karno.
Jordi Amat dan Elkan Baggot lain lagi. Seperti prajurit, mereka berdiri tegap, bernyanyi "Indonesia Raya" dengan berani.
Di bench, bahkan Sandy Walsh meletakkan tangannya di dada dan berteriak lantang "Hiduplah Indonesia Raya".
Tak tertinggal Ivar Jenner, Rafael Struik, Shayne Patinnama yang nampak seragam akan membuka mata ketika frasa "Indonesia Raya, Merdeka-Merdeka, Tanahku, Negeriku yang Tercinta. Hiduplah Indonesia Raya". Mantap.
Kabarnya, memang sebelum dinaturalisasi, para pemain kita ini digembleng serius untuk menyanyikan Lagu Indonesia Raya.
Bisa saja selain nada yang tepat, kata per kata diajarkan filosofinya, biar ketika menyanyikannya dapat keluar dari hati, dan itu nampaknya berhasil di Gelora Bung Karno saat laga Indonesia Argentina.
Okay, kembali ke persoalan di Malaysia sana. Ah, saya kira itu hanya masalah kecil, mereka lagi tak terima saja Argentina mau main di Indonesia, dan mungkin saja merasa kualitas pemain naturalisasi kita seperti Jordi Amat cs, lebih baik daripada pemain mereka. Begitu saja.