Masih soal Alejandro Garnacho dan Asnawi Mangkualam, dua pemain yang tiba-tiba menjadi sorotan netizen paska laga FIFA Matchday Timnas Indonesia vs Argentina di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Senin (16/6).
Alasannya jelas, duel sekitar 30 menit yang nampak ketat di antara keduanya. Sebuah hal yang tak diduga, terutama oleh Alejandro Garnacho dan para pendukung Manchester United.
Ya, Alejandro Garnacho didaulat sebagai penerus Christiano Ronaldo yang sudah dianggap legendaris oleh para pendukung The Red Devils. Belum genap 18 tahun, dan berposisi sebagai penyerang sayap, Garnacho dianggap pantas untuk meneruskan jejak Ronaldo.
Tak sengaja juga, Garnacho diketahui adalah pengagum Ronaldo, dan konon karena itulah Garnacho memilih nomor punggung 28, mengikuti nomor punggung yang dipakai Ronaldo saat meniti karir di Sporting Lisbon.
Kembali ke duel antara Garnacho dengan Asnawi. Sejak masuk lapangan dan menggantikan Nicolas Gonzalez pada menit ke-60, Garnacho selalu diganggu oleh Asnawi.
Hampir setiap kali Garnacho menggiring bola, ada Asnawi disana.
Seperti ingin membuktikan keberanian dan kepantasan, Asnawi nekat berduel, menekel Garnacho bahkan beradu bodi. Duel keduanya dapat terbilang keras.
Gawatnya, setelah akselerasinya dihentikan Asnawi beberapa kali, dalam sebuah kesempatan Garnacho lalu membalas menekel Asnawi. Terbilang keras. Komentator di televisi bahkan menyebut bahwa Garnacho pantas mendapat kartu kuning.
Memang keras. Ketika Asnawi akan menendang bola yang berhasil direbutnya dari Garnacho, pemain yang lahir di Madrid itu, lalu balas menerjangnya. Kaki kanan Garnacho sambil slding cukup tinggi diangkat, pantas saja Asnawi lalu mengerang.
"Hajar.hajar Asnawi..." begitu teriak spontan penonton di rumah yang melihat aksi tak terpuji itu. Â Bahkan setelah peristiwa tersebut, pendukung Indonesia menyoraki Garnacho setiap kali dia memegang bola. Kasihan.
Seperti tahu kesalahan yang dibuatnya, Garnacho hanya terduduk, menunduk, tapi tak menangis. Mungkin kuatir mendapat kartu kuning, yang berarti penanda buruk baginya.
Apa pasalnya? Ini adalah laga keduanya dengan timnas Argentina, berarti dia butuh satu laga lagi untuk resmi berseragam timnas senior Argentina.
Tak mudah merebut tempat di Albiceleste, karena banyak pesaing. Pelatih Lionel Scaloni juga pelatih yang ketat dalam menyaring pemain.
Aksi tak terpuji yang emosional itu, bahkan dapat menjadi catatan bagi Scaloni, bahwa Garnacho masih belum matang secara emosi. Sesuatu yang sebenarnya menjadi modal dari pemain terbaik Argentina di waktu muda, Lionel Messi.
Messi terlihat kalem dan tenang menghadapi segala agresi pemain lawan, jarang terlihat Messi membalas. Yakin saja bahwa sehabis laga, Garnacho akan diberikan pembinaan khusus oleh Scaloni, dan belum tentu akan dipanggil di laga Argentina selanjutnya.
Lalu bagaimana Asnawi? Asnawi tak jadi "menghajar" Garnacho. Asnawi bahkan tak memedulikan Garnacho, dan lebih fokus berteriak memohon hukuman dari wasit. Sayangnya, Garnacho tak mendapat kartu kuning, dan Asnawi tak peduli dan melanjtukan aksi hebatnya itu.
Asnawi mungkin sadar bahwa yang menjegalnya adalah pemain masa depan Manchester United  dan Argentina. Bagi Asnawi sudahlah cukup baginya dicatat sebagai pemain yang dapat menghentikan Garnacho di Gelora Bung Karno.
Menariknya. Seusai laga, keduanya tak terlihat akrab. Bahkan Garnacho lebih banyak berbincang dengan Marc Klok daripada Asnawi.
Akan tetapi, Asnawi ternyata menaruh "hati". Terekam bahwa Asnawi memfollow akun Instagram Garnacho, dan hebatnya diikuti balik oleh Garnacho. Tentu saja itu karena telah saling kenal.
Garnacho mungkin ingin menjalin persahabatan sesudah laga keras di antara keduanya. Mungkin saja suatu waktu, keduanya berduel lagi di lapangan dan waktu yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H