Seperti tahu kesalahan yang dibuatnya, Garnacho hanya terduduk, menunduk, tapi tak menangis. Mungkin kuatir mendapat kartu kuning, yang berarti penanda buruk baginya.
Apa pasalnya? Ini adalah laga keduanya dengan timnas Argentina, berarti dia butuh satu laga lagi untuk resmi berseragam timnas senior Argentina.
Tak mudah merebut tempat di Albiceleste, karena banyak pesaing. Pelatih Lionel Scaloni juga pelatih yang ketat dalam menyaring pemain.
Aksi tak terpuji yang emosional itu, bahkan dapat menjadi catatan bagi Scaloni, bahwa Garnacho masih belum matang secara emosi. Sesuatu yang sebenarnya menjadi modal dari pemain terbaik Argentina di waktu muda, Lionel Messi.
Messi terlihat kalem dan tenang menghadapi segala agresi pemain lawan, jarang terlihat Messi membalas. Yakin saja bahwa sehabis laga, Garnacho akan diberikan pembinaan khusus oleh Scaloni, dan belum tentu akan dipanggil di laga Argentina selanjutnya.
Lalu bagaimana Asnawi? Asnawi tak jadi "menghajar" Garnacho. Asnawi bahkan tak memedulikan Garnacho, dan lebih fokus berteriak memohon hukuman dari wasit. Sayangnya, Garnacho tak mendapat kartu kuning, dan Asnawi tak peduli dan melanjtukan aksi hebatnya itu.
Asnawi mungkin sadar bahwa yang menjegalnya adalah pemain masa depan Manchester United  dan Argentina. Bagi Asnawi sudahlah cukup baginya dicatat sebagai pemain yang dapat menghentikan Garnacho di Gelora Bung Karno.
Menariknya. Seusai laga, keduanya tak terlihat akrab. Bahkan Garnacho lebih banyak berbincang dengan Marc Klok daripada Asnawi.
Akan tetapi, Asnawi ternyata menaruh "hati". Terekam bahwa Asnawi memfollow akun Instagram Garnacho, dan hebatnya diikuti balik oleh Garnacho. Tentu saja itu karena telah saling kenal.
Garnacho mungkin ingin menjalin persahabatan sesudah laga keras di antara keduanya. Mungkin saja suatu waktu, keduanya berduel lagi di lapangan dan waktu yang berbeda.