Posisi para pemain ini diharapkan dapat bergerak tanpa henti ketika menyerang dan membantu pertahanan. Perhatikan saja bagaimana Pratama dan Ricky dapat berada di depan dan belakang secara bergantian. Dan harus diakui ketika mereka terlambat bergerak karena stamina yang sudah menurun, maka banyak lubang tercipta.
Bagaimanapun, stamina para pemain perlu dijaga, dan coach STY perlu menemukan solusi jika ingin bermain konstan dengan pressure tinggi seperti ini.
Ketiga, irama permainan yang masih perlu diatur dengan rapi. Permainan timnas bagi saya terlihat apik. Gaya bermain yang diinginkan STY perlahan terlihat. Pressure tinggi, dengan jarak antar pemain yang pendek, sehingga dominasi posisi terhadap pergerakan bola dapat terwujud.
Penonton seperti saya tentu menikmatinya, permainan menyerang seperti itu memang menghibur, tetapi jelas sekali, iramanya perlu diatur, tidak bisa seperti itu terus menerus, tergantung pembacaan terhadap strategi lawan.
Saya agak kurang yakin strategi ini akan berhasil di tim yang berkualitas tinggi seperti Argentina. Tentu saja bukan tujuannya untuk kemenangan, tetapi agar jangan dibantai saja.
Artinya, perlu ada pemain yang dapat mengatur itu dengan baik. Menurut saya peran itu ada di Marc Klok atau Marselino agar mampu menjaga iram permainan. Jangan terus bernafsu menyerang tetapi kelabakan ketika menghadapi serangan balik.
Di balik 3 catatan ini, saya kira perkembangan timnas sudah menuju hal yang positif. Hasil imbang melawan Palestina bukan hasil yang adil melihat dominasi kita terhadap tim berjuluk Singa dari Kanaan itu.
Darah-darah muda, seperti Asnawi, Marselino, Ekan Baggot dan barisan pemain naturalisasi baru seperti Rafael Stuijk nampaknya akan menjanjikan penampilan hebat timnas di masa mendatang. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H