Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Thailand Hukum Berat Penonjok Komang Teguh, Jonathan Khemdee Bebas

23 Mei 2023   23:28 Diperbarui: 24 Mei 2023   09:08 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duel Komang Teguh dan Soponwit (Photo by Nhac NGUYEN / AFP)(NHAC NGUYEN/AFP)via Kompas.com

Federasi Sepak Bola Thailand (FAT) nampaknya memandang serius peristiwa keributan, kericuhan, adu pukul atau apapun namanya itu di babak final SEA Games 2023. Seperti yang diketahui, laga final itu berlangsung panas, dari lapangan maupun di pinggir lapangan.

Puncaknya terjadi ketika Indonesia berhasil mencetak gol ketiga di babak tambahan waktu melalui sontekan striker timnas Indonesia U-22, Irfan Jauhari.

Selebrasi yang dilakukan oleh para pemain Indonesia yang nampaknya mendekati atau melewati bench official dan pemain cadangan Thailand, tak diterima oleh tim Gajah Perang itu.

Akibatnya, saling kejar dan saling pukul terjadi. Wasit Kaseem Matar Al-Hatmi bahkan perlu mengeluarkan enam kartu merah di laga yang telah dianggap laga final SEA Games paling brutal dalam sejarah.

Syukurnya seusai insiden itu, kedua tim bersepakat untuk melanjutkan laga hingga usai. Garuda Muda yang unggul secara psikologis karena Thailand bermain dengan minus hingga 3 pemain di sisa laga, akhirnya keluar sebagai pemenang dengan skor telah 5-2.

Dari keributan antar pemain yang terjadi, adu pukul antara Kiper Thailand, Soponwit Rakyart dan bek timnas Indonesia U-22, Komang Teguh yang paling menyedot perhatian. Akibatnya kedua pemain itu yang paling pertama diberikan kartu merah, yang berarti harus menghentikan laganya lebih awal.

Paska laga, dan situasi mulai tenang, saling meminta maaf terjadi. Soponwit sendiri yang pertama mengungkapkannya, dia merasa bahwa apa yang dilakukannya telah membuat publik di Thailand kecewa.

"Semua orang Thailand pasti tidak puas dan kecewa. Saya minta maaf kepada keluarga saya dan orang-orang yang mnedukung saya dalam segala hal" kata Sponwit dikutip dari media Thailand Naewna.

Soponwit juga merasa bahwa peristiwa ini akan menjadi pengalaman berharga untuk menjadi lebih baik nantinya di masa depan.

"Namun saya tidak punya alasan selain meminta maaf dan menerima kesalahan ini dan berjanji (jadi pemain) yang lebih baik lagi" mtabah Soponwit.

Dalam klarifikasi dan permintaan maaf ini, Soponwit juga menceritakan klarifkasi mengapa dirinya tidak bisa menahan diri. Soponwit mengatakan bahwa dirinya tidak tahan melihat temannya dipukuli.

"Saya akui saat dia (Komang) meninju teman itu, saya tidak bisa menahan diri, ada banyak tekanan dalam hitungan menit" pungkas kiper yang berusia 22 tahun itu.

Apa daya, klarifikasi tak  ada gunanya, dan nasi sudah jadi bubur, sudah terlambat. Dan akhirnya FAT menilai bahwa perlunya hukuman bagi Soponwit, dan menjatuhkan sanksi yang terbilang berat bagi Soponwit dan rekan-rekannya yang terlibat.

Sopowit dan Teerapak Prueangna dibeirkan sanksi skorsing di level timas selama enam bulan. Maksudnya adalah dalam waktu enam bulan ke depan, mereka tidak boleh memperkuat timnas Thailand dimanapun.

Sopowit dan Teerapak tidak sendiri, karena dari jajaran pelatih, FAT juga memberikan sanksi. Bahkan, ada tiga yang ofisial yang mendapat hukuman yakni Prasadhock Chokmoh, Mayed Madada, Patrawtu Wongsripuek dengan larangan tidak boleh berkecimpung di sepak bola selama datu tahun.

Tindakan ini, saya kira cukuplah tegas. Thailand mungkin ingin menunjukan kepada AFF, AFC, dan FIFA bahwa  mereka siap untuk memberikan hukuman kepada pelaku sepakbola ketika terjadi insiden atau keributan yang tidak bisa ditolerir ---seperti laga final kemarin.

Lalu bagaimana dengan Jonathan Khemdee? Ini menjadi menarik karena FAT tidak memberikan hukuman kepada Jonathan Khemdee yang membuang  medali perak ke arah penonton yang berarti tidak menghargai penyelenggaran dan negara yang hadir.

Saya kira ada beberapa alasan yang bisa diduga dari keputusan ini. Yang pertama adalah Jonathan sudah dijatuhi sanksi oleh Komisi SEA Games. Sanksi yang berat, yakni tidak boleh terlibat dalam kegiatan SEA Games dalam waktu tertentu.

Kedua, Jonathan sudah mengajukan pensiun dini dari keterlibatannya di Timnas Thailand. Kabarnya FAT dengan senang hari mengabulkan permintaan pensiun dini.

Ketiga, yang dilakukan Jonathan dapat dinilai sebagai kesalahan non teknis, tidak terjadi lapangan, sehingga secara tingkatan tidak banyak mengundang perhatian.

Apapun itu, FAT telah memberi contoh, bahwa siapapun yang bersalah, perlu untuk melakukan karifikasi dan permohonan maaf.

Begitu saja.

Sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun