Dalam klarifikasi dan permintaan maaf ini, Soponwit juga menceritakan klarifkasi mengapa dirinya tidak bisa menahan diri. Soponwit mengatakan bahwa dirinya tidak tahan melihat temannya dipukuli.
"Saya akui saat dia (Komang) meninju teman itu, saya tidak bisa menahan diri, ada banyak tekanan dalam hitungan menit" pungkas kiper yang berusia 22 tahun itu.
Apa daya, klarifikasi tak  ada gunanya, dan nasi sudah jadi bubur, sudah terlambat. Dan akhirnya FAT menilai bahwa perlunya hukuman bagi Soponwit, dan menjatuhkan sanksi yang terbilang berat bagi Soponwit dan rekan-rekannya yang terlibat.
Sopowit dan Teerapak Prueangna dibeirkan sanksi skorsing di level timas selama enam bulan. Maksudnya adalah dalam waktu enam bulan ke depan, mereka tidak boleh memperkuat timnas Thailand dimanapun.
Sopowit dan Teerapak tidak sendiri, karena dari jajaran pelatih, FAT juga memberikan sanksi. Bahkan, ada tiga yang ofisial yang mendapat hukuman yakni Prasadhock Chokmoh, Mayed Madada, Patrawtu Wongsripuek dengan larangan tidak boleh berkecimpung di sepak bola selama datu tahun.
Tindakan ini, saya kira cukuplah tegas. Thailand mungkin ingin menunjukan kepada AFF, AFC, dan FIFA bahwa  mereka siap untuk memberikan hukuman kepada pelaku sepakbola ketika terjadi insiden atau keributan yang tidak bisa ditolerir ---seperti laga final kemarin.
Lalu bagaimana dengan Jonathan Khemdee? Ini menjadi menarik karena FAT tidak memberikan hukuman kepada Jonathan Khemdee yang membuang  medali perak ke arah penonton yang berarti tidak menghargai penyelenggaran dan negara yang hadir.
Saya kira ada beberapa alasan yang bisa diduga dari keputusan ini. Yang pertama adalah Jonathan sudah dijatuhi sanksi oleh Komisi SEA Games. Sanksi yang berat, yakni tidak boleh terlibat dalam kegiatan SEA Games dalam waktu tertentu.
Kedua, Jonathan sudah mengajukan pensiun dini dari keterlibatannya di Timnas Thailand. Kabarnya FAT dengan senang hari mengabulkan permintaan pensiun dini.
Ketiga, yang dilakukan Jonathan dapat dinilai sebagai kesalahan non teknis, tidak terjadi lapangan, sehingga secara tingkatan tidak banyak mengundang perhatian.
Apapun itu, FAT telah memberi contoh, bahwa siapapun yang bersalah, perlu untuk melakukan karifikasi dan permohonan maaf.