Sampai disini, saya menyadari bahwa Komang Teguh tidak tepat sebagai seorang Pepe, tapi lebih menyerupai rekan Pepe waktu di Real Madrid, Sergio Ramos. Ini baru pas.
Sama-sama emosional, arogan, tapi Ramos jelas lebih berkelas daripada Pepe. Kasarnya Ramos itu tidak sangat terlihat, tetapi mematikan lawan. Ramos juga pandai dan memimpin irama ketika akan menekan lawan secara psikologis.
Bagi saya begini. Komang Teguh memang masih belum matang soal arogan dan tergolong kasar seperti Sergio Ramos, tapi soal menghentikan lawan, dan memainkan peran penting yang menekan lawan secara psikologis, Komang sudah mulai dapat diperhitungan.
Perhatikan saja ketika Bagas jatuh bersimbah darah saat berduel dengan pemain bernomor 11 Thailand, Pim Pang atau siapa namanya itu. Komang Teguh menjadi pemain yang paling reaksional.
Komang melompat-lompat, seperti orang histeris, berteriak, meminta wasit segera mengeluarkan kartu merah bagi Pim Pang itu. Pim Pang sudah ketakutan, jika dikeluarkan, Thailand sudah tamat sebelum 90 menit usai.
Komang selalu ada saat keributan, atau bahkan terlibat aktif di dalamnya. Jika teliti melihat video awal saat ofisial kita dihantam keroyok pihak Thailand, maka Komanglah yang berlari lebih dahulu menghantam kepala pemain Thailand.
Sesudah itu baru si Soponwit Rakyart, kiper Thailand mengejar Komang untuk berduel dan tertangkap basah wasit kedua pertandingan, yang diminta untuk menunjuk siapa para pelaku keributan.
Bukankah yang dilakukan Komang ini merugikan timnas? Jawabannya tentu saya ya---jika sudah berkaitan dengan hukuman atau terkena kartu merah. Namun, jika ini dilihat dari sisi kepentingan menekan lawan secara psikis dan psikologis, maka Komang jelas sangat dibutuhkan.
Coba sebutkan tim mana yang sukses tanpa pemain dengan tipe seperti Komang? Real Madrid dengan Sergio Ramos, Barcelona dengan Dani Alves, lalu Argentina,aih, lihat saja model Nicolas Otamendi, Rodrigo de Paul atau Leandro Paredes, berani menyentuh Lionel Messi maka ketiga pemain ini akan melindungi Messi, dengan cara mereka.
Artinya begini. Peran Komang Teguh penting sekali. Bukan semata soal teknis, tetapi di non teknis, dapat dikatakan krusial. Bayangkan saja, bagaimana jika tidak ada yang memprotes keras, dan menekan wasit ketika Bagas berdarah-darah.