Tujuannya jelas. Haaland menarik tiga bek tengah lebih ke dalam, sekaligus membuka ruang untuk Alvarez. Apakah berhasil? Hampir, karena beberapa kali Alvarez mendapat ruang kosong sedikit di luar kotak penalti.
Hanya, penambahan striker di depan ini, mempunyai dampak pada komposisi lini tengah. Dalam formasi 4-2-3-1, maka dua gelandang yang tertinggal di tengah hanyalah Rodri dan Bernardo Silva, tidaklah cukup menahan lawan, ketika melakukan serangan balik. Tidak ada keseimbangan yang tercipta.
Lalu apa opsi yang dapat diambil oleh Guardiola? Menurut saya, Pep sudah tahu akan dampak ketika Haaland didatangkan. Sehingga berharap dapat memainkan variasi formasi.
Maksud saya begini. Ketika menghadapi tim tertentu, Haaland dimainkan, dengan sentralnya adalah Haaland, tapi ketika laga nampak tidak berjalan efektif, maka perubahan dapat dilakukan dengan false nine.
Sayangnya, Pep tidak fasih memainkan formasi yang berbeda-beda seperti itu. Apalagi, mungkin saja ada kekhawatiran mengistirahatkan Haaland akan membuat gedoran gol Haaland menjadi terhenti. Seperti buah simalakama bagi seorang Guardiola.
Inilah yang membuat City nampak tampil inkonsisten juga musim ini. Meskipun masih ada peluang untuk menjadi juara liga musim ini, tapi jika "kebingungan" ini terus terjadi maka pemandangan City yang bisa kalah secara mengejutkan akan sering terjadi.
Menariknya, saya malah optimis dengan gerak City di Eropa nanti, di Liga Champions. Bermain dalam skema knockout, maka calon lawan City akan menghadapi City yang berbeda, dan Haaland bisa jadi pembeda di Eropa. Menarik kan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI