Ini berarti bahwa jika Marselino berangkat ke Belgia, maka paling tidak akan kehilangan waktu untuk mengikuti TC, yang bisa dikatakan cukup lama.
Katakan saja, jika pengurusan administrasi, dan adaptasi itu dua minggu, maka Marselino mungkin saja baru mengikuti TC di akhir Februari, atau bahkan tidak dapat ikut pemusatan pelatihan sama sekali. Ini tentu saja memusingkan STY dan tim kepelatihan.
Kedua, STY paham sekali, bahwa tidak mudah untuk membujuk klub untuk melepas pemain ke timnas. Apalagi jika pemain juga ikut menampik panggilan tersebut.
Pada akhir 2020 lalu, FIFA mengeluarkan keputusan bahwa tidaklah wajib klub-klub untuk melepas pemainnya untuk dipanggil timnas untuk menjalani pertandingan yang dianggap tidak terlalu penting seperti friendly match atau pertandingan persahabatan.
Memang pelonggaran aturan ini dibuat untuk meminimalisir dampak pandemic vius Coron atau Covid-19.
Akan tetapi, ini membuat ada alasan bagi klub yang tidak mau melepas pemain dan sang pemain juga punya alasan untuk menampik panggilan timnas.
Di AFF 2022 kemarin saja, Elkan Baggott dan Sandy Walsh, tidak dilepas oleh klub dengan alasan AFF 2022 itu ternyata tidak masuk ke kalender FIFA, sehingga tidak wajib untuk bergabung dengan timnas.
Meski sekarang konteksnya berbeda, karena Piala Asia U-20 tentu saja masuk ke kalender FIFA, namun penolakan dengan alasan tertentu masih bisa terjadi, misalnya demi kebaikan karir pemain.
Konteksnya  bisa jadi berubah seperti ini. Piala Asia U-20 itu bukan turnamen berlevel senior, yang berarti bukan kasta paling atas, sehingga perlu sedikit kompromi demi kebaikan karir Marselino.
Hal ini sebenarnya sudah dikomunikasikan dengan tegas oleh pihak Persebaya ketika ditanya tentang transfer Marselino dan kebutuhan TC timnas U-20. Â Waktu itu manajer Persebaya bahkan menyebut bahwa undangan TC jangka panjang itu bukan sesuatu yang amat penting.
"PSSI, mohon jangan terlalu mengganggu Marsel dengan undangan TC jangka panjang yang tidak perlu" tulis Manajer Persebaya, Yahya Alkatiri.