Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ketika Drama Marc Klok jadi Bahan Olokan dan Ricky Kambuaya Jadi Korban

12 Januari 2023   22:20 Diperbarui: 12 Januari 2023   22:27 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marc Kolok (Gambar Dokumen PSSI)

Jika harus menyebut nama pemain timnas Indonesia yang tampil cukup gemilang selama dua leg semifinal kemarin, maka saya akan menyebut nama Jordi Amat dan Marc Klok dan. Dua pemain naturalisasi ini membuktikan bahwa mereka pantas membela merah putih karena kualitas yang dimilikinya.

Perhatikan saja, Jordi Amat mampu sekejap menjadi jenderal lini belakang yang tampil lugas dengan suguhan teknik tinggi selama gelaran pertandingan AFF 2022.

Jordi bukan saja mampu membagi bola dengan baik bak seorang deep lying playmaker, tetapi juga berani melakukan solo run ke depan, ibarat ingin protes kepada pemain di lini depan yang tampak gentar dan takut saat laga leg kedua menghadapi Vietnam.

Marc Klok lain lagi. Pemain asal Belanda ini, bergerilya di lini tengah kesana kemari, menjadi aktor utama ketika pemain kita akan membangun serangan dan lantas berubah dan bergaya menjadi seorang gelandang beringas ketika akan bertahan.

Secara pribadi, saya memang berharap banyak terhadap Marc Klok. Kehadiran Klok diharap membuat lini tengah bukan saja menjadi kokoh tapi juga kreatif. Selain itu, dari segi non teknis, Klok diharap menjadi panutan bagi gelandang muda seperti Marselino, dan memberikan jalan terhadap Ricky Kambuaya agar semakin matang.

Sayangnya kedua harap itu tak paripurna terjadi di AFF 2022, bahkan sesudah Indonesia tersingkir. Lini tengah memang terlihat berwarna dengan kehadiran Klok, namun soal kematangan dan panutan itu terlihat ada cela.

Perhatikan saja di laga leg kedua menghadapi Vietnam, Klok yang diharap menjadi leader, ikut terpancing emosi. Kamera bahkan beberapa kali menangkap bagaimana Klok terlibat konflik dengan Doan Van Hau, pemain bernomor punggung lima yang suka memprovokasi itu.

Sayangnya di balik sikap Van Hau yang terbilang buruk itu, Klok juga tertangkap melakukan gestur yang mengundang olokan di sosial media. Video ketika Klok melakukan drama kesakitan seperti disikut menjadi sorotan beberapa akun tentang olok-olokan sepakbola internasional.

"Indonesian Football" begitu caption akun itu, dengan menunjukan video saat terjadi kemelut tanpa bola di kotak penalti. Saat itu, Klok sedang dijaga oleh Van Hau, tiba-tiba, dalam saling jaga itu, Klok terjatuh di rumput, dan mengerang kesakitan.

Van Hau, nampak bingung, karena mungkin merasa tak menyentuh Klok terlalu berlebihan. Dalam kebingungan Van Hau tersebut, datang Ricky Kambuaya yang seperti terprovokasi lalu ingin "menghukum" Van Hau, dengan mendorong Van Hau.

Tindakan responsif Kambuaya ini lantas berujung kartu kuning. Kambuaya dianggap melakukan tindakan yang tak perlu.

Bagaimana hasil terawangan saya terhadap video tersebut? Jelas sekali Klok terlihat tak dilanggar oleh Van Hau. Klok memang sedang melakukan drama. Untuk apa? Tentu saja agar Van Hau dihukum karena jika mendapat tambahan kartu kuning, maka Van Hau akan diusir keluar lapangan.

Skenario Klok ini jelas gagal total. Bahkan bukan Van Hau yang mendapat kartu kuning, tapi Ricky Kambuaya yang menjadi korban karena dihukum kartu. 

Padahal, jika kita perhatikan bagaimana Ricky berlaku di lapangan setelah masuk sebagai pemain pengganti, maka Ricky termasuk pemain yang ramah terhadap pemain Vietnam.

Jika beradu bodi, dan ada pemain Vietnam yang terjatuh maka Ricky tak segan mengulurkan tangan  untuk membantu atau berlaku simpatik kepada pemain lawan.

Hanya pada akhirnya, Ricky yang santun ini terpancing emosi karena kelakuan Marc Klok.

***

Lalu apa yang saya inginkan pasca viralnya video ini? Meski terkesan sederhana, namun manifestasi dari apa yang kita saksikan adalah PR timnas bertambah. Kita perlu mendorong agar pemain-pemain yang diharap menjadi panutan dengan sikap mereka di dalam dan di luar lapangan, terus konsisten melakukan hal tersebut.

Sekali lagi, Marc Klok sebenarnya menjadi prioritas untuk tugas mahapenting ini, ada ekspetasi tinggi untuk pemain yang membela Persib Bandung ini. Meski peran ini tentu sangat tidak mudah.

Sebagai bukti bahwa ini bukan tugas yang mudah dan receh, saya berikan contoh tentang Zinedine Zidane. Zidane yang menjadi kapten, lalu terpancing emosi karena ulah Materazzi, dan akhirnya mendapat kartu merah dan merugikan timnas Prancis.

Saya sangat berharap setelah laga ini, peran ini perlu dievalusi oleh setiap pihak, agar Marc Klok semakin matang, tidak gampang terprovaski dan menjadi panutan bagi gelandang yang lebih muda, seperti Marselino, dan yang lainnya. Selain itu kita juga berharap pemain seperti Kambuaya juga jangan lekas cepat terpancing emosinya jika kejadian yang sama berulang lagi.

Jika ini berjalan baik, saya percaya peran Klok akan lebih signifikan bagi perkembangan timnas. Klok akan mampu menjadi panutan dengan pengaruh yang kuat, yang berarti akan membuat timnas akan semakin kokoh, seperti mimpi awal setelah Klok masuk timnas. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun