Saya kira saya termasuk mayoritas yang memuja Shin Tae-yong sebelum Piala AFF 2022 ini. Kekaguman itu jelas muncul karena cara Tae-yong yang menurut saya cespleng ketika membesut Asnawi cs di Piala AFF 2021.
Meski juga gagal saat itu, kita disajikan penampilan timnas yang menghibur dan menjanjikan. Itulah yang membuat kegagalan menjadi juara karena dihempaskan Thailand di final, tidak memberi luka lebih dalam, karena saya terlampau yakin, timnas akan menjadi juara di AFF 2022 kali ini.
Sayang beribu sayang. Indonesia kembali gagal. Saya kecewa, karena capaian lebih buruk dibandingkan AFF 2021 karena bukan saja tersingkir lebih awal di semifinal, tetapi juga tidak memberikan penampilan di lapangan hijau yang lebih baik daripada AFF 2021.
Maksud saya begini. Shin Tae-yong dicintai karena begitu detil soal penampilan di lapangan. Pemain dibuatnya bermain atraktif dengan skema permainan yang terlihat perlahan mulai matang.
Secara karakter, Shin Tae-yong juga tak banyak cakap, lebih suka bicara hal teknis daripada hal teknis, dan belum menjadi bintang iklan saat itu dan belum terlalu mesra dengan petinggi PSSI.
Itulah yang saya kira membuat Tae-yong dicintai. Karena fokus memikirkan hal teknis daripada hal-hal yang lain.Â
Akan tetapi, di turnamen kali ini hal ini tidak terlihat, Shin Tae-yong seperti menjadi pribadi yang berbeda, karena terlalu sibuk dengan hal-hal non teknis.
Bukan saja ketika Tae-yong masih sibuk memosting di sosmed tentang kelakuan Van Hau-- pemain bernomor punggung lima Vietnam yang memang brutal itu, tetapi setelah disingkirkan dari Vietnam, Tae-yong masih sibuk menyalahkan rumput di Stadion My Dinh.
What? Ayolah, bukannya mulai mengevaluasi dari dari dalam, Tae-yong mengeluarkan energi yang tak perlu. Di sumber berita yang saya baca, bahkan eks pelatih Thailand, Steve Darby menyindir kelakuan Tae-yong.
Menurut Darby, alasan Tae-yong sangat tidak meyakinkan, karena timnas Indonesia diberikan waktu yang cukup untuk beradaptasi dengan kondisi lapangan.Â