Dalam skema ini, Spanyol unggul tiga gol tanpa balas di babak pertama.
Sekarang perhatikan perubahan di babak kedua. Sesudah Busquets, Pedri, Feran Torres dan Asensio keluar dan diganti oleh Morata, Koke, Soler dan sayap muda cepat, Nico Williams.
Ada yang berbeda dari gaya bermain Spanyol.
Tetap nampak ada dominasi atas Kosta Rika yang nampak sudah kehilangan kepercayaan diri, namun aliran bola dengan tiki taka, penguasaan bola Sudah tereduksi, dan berubah menjadi direct ball.
Bola sudah menjadi lebih cepat dialirkan ke Alvaro Morata dan Williams, daripada diputar kesana kemari. Morata dan Williams sering menggunakan kecepatannya, untuk membelah lini tengah atau menyisir bak seorang sprinter dari sisi sayap.
Secara hasil, efektif. Empat gol bertambah di babak kedua. Tetapi dari sisi permainan yang diinginkan oleh Enrique, ini dapat menimbulkan persoalan dalam laga selanjutnya bagi Spanyol.
Maksud saya begini. Pilihan direct ball, jelas lebih mudah dibaca. Di gelaran Piala Eropa lalu misalnya, salah satu alasan Spanyol tersingkir karena striker murni seperti Morata mudah ditebak geraknya.Â
Bukan itu saja, mengalirkan bola secara cepat, beresiko kelabakan ketika tim melakukan serangan balik.
Beruntung bagi Spanyol, pemain sayap cepat Kosta Rika Joel Campbell sudah menua, kecepatannya juga sudah menurun, jika tidak, akan ada persoalan bagi Spanyol.
Mengapa demikian? Pergerakan individu yang keluar dari rantai aliran bola sangat rentan mendapatkan serangan balik, karena tidak ada back up dari pemain posisi berdekatan.
Syukur bagi Spanyol, kualitas Kosta Rika tak sampai di level itu untuk menghukum Spanyol, seperti yang dilakukan oleh Jepang terhadap Jerman.