Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Taklukkan Qatar 2-0, Ekuador Buat Stadion Al Bayt Membisu

21 November 2022   01:31 Diperbarui: 21 November 2022   02:47 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerang timnas Ekuador (kiri) merayakan golnya ke gawang Qatar pada laga pembuka Piala Dunia 2022 (AFP/KARIM JAAFAR) via Kompas.com

Stadion Al Bayt yang dibuat berbentuk seperti tenda itu ternyata gagal menjadi tenda terbaik untuk menikmati bintang bagi para pendukung timnas Qatar.

Ketika waktu tambahan di babak kedua akan tergenapi menjadi lima menit, siulan pendukung Qatar menajam di Al Bayt Stadium, mereka nampak kesal, dan akhirnya membisu.

Berbanding terbalik, karena kurang lebih 120 menit sebelum laga berlangsung, nyanyian suporter Qatar tak pernah berhenti, tanda optimisme yang membubung tinggi. 

Tuan Rumah Qatar takluk 0-2 atas Ekuador di laga pembuka Piala Dunia 2022.

Opening Ceremony Piala Dunia 2022 yang menakjubkan tentu saja memacu semangat pendukung tim nasional Qatar di Stadion Al Bayt.

Suporter tim berjuluk Al-Annabi ini semakin optimis bahwa Qatar sudah sangat siap menjadi tuan rumah dari berbagai aspek; bukan hanya menyuguhkan acara pembukaan yang hebat tetapi juga tampil berkelas di pertandingan pembukaan.

Memang cukup banyak pandit yang memprediksi bahwa Qatar dapat berbuat banyak di Piala Dunia kali ini atau minimal tak menjadi bulan-bulanan di fase grup A yang diisi Ekuador, Senegal dan Belanda.

Paling tidak dua alasan kuat yang dapat dikemukakan;  pertama, kepercayaan diri karena Qatar menjadi juara Piala Asia 2019, dan generasi juara yang dipimpin Almoez Ali ini dirasa telah cukup berkembang dan siap menghadapi pergelaran ini, dan yang kedua, adalah faktor sang pelatih, Felix Sanchez Bas.

Felix Sanchez Bas yang pernah menukangi Barcelona yunior, adalah aktor utama yang melahirkan para pemain yang menjadi tulang punggung timnas. Sudah sejak 2006, Felix membangun timnas dari kelompok umur, dan sejak awal 2020 dipercaya menjadi pelatim timnas senior.

Ekuador Ternyata Bukan Lawan yang Mudah

Sayang bagi suporter Al-Annabi, sejuta harap itu tertampik. Ekuador bukan lawan yang mudah ditaklukan. El Tri seperti ingin membuktikan bahwa meski dianggap mewakil kelas dua dari Zona Conmebol---setelah Argentina dan Brasil, mereka tidak boleh dipandang sebelah mata apalagi diremehkan.

Ekuador dapat dikatakan tampil matang dengan mendominasi pertandingan sepanjang laga. Bukan saja ngotot, tetapi kolektifitas Ekuador jelas di atas tuan rumah Qatar.

Secara taktikal, pelatih Gustavo Alfaro membuat 4-4-2 yang dipilihnya terbukti menjadi protagonis terhadap 3-5-2 milik Felix Sanchez di hampir sepanjang laga.

Formasi Ekuador bukan saja menghentikan pergerakan pemain sayap naturalisasi Qatar, Pedro, tetapi juga membuat Hasan Alhaydos, sang playmaker Qatar juga seperti tak terlihat di lapangan. Ketika lini sayap dan tengah tak mampu berkembang, maka Qatar dengan mudah didikte Ekuador.

Alhasil, meski gol Enner Valencia di awal laga sempat dianulir oleh VAR, namun dua gol sah Valencia di menit ke-16, dan 31 sudah cukup membawa Ekuador menang meyakinkan karena hingga wasit asal Italia Danielle Orsato meniup peluit panjang, tak ada gol balasan dari Qatar.

Langkah Qatar Semakin Berat, Ekuador Tegaskan Status Kuda Hitam

Awal yang buruk ini jelas membuat langkah Qatar akan semakin sulit. Dua negara lain yang belum dihadapi Qatar, yakni Senegal dan Belanda jelas bukan lawan yang lebih mudah dari Ekuador.

Gambaran penampilan yang miskin peluang dan mampetnya kreatifitas membuat asa itu semakin tipis, meskipun kejutan masih bisa terjadi, dengan catatan Qatar meski bermain allout di sisal aga penyisihan grup A ini.

Sebaliknya Ekuador mengukuhkan dirinya sebagai tim yang bisa menjadi kuda hitam alias bisa membuat dua tim unggulan di grup A---juara Piala Afrika Senegal dan Belanda, perlu waspada.

Penampilan para pemain  Ekuador yang bermain di Eropa juga membuat tim ini terlihat matang. Bek tengah Piero Hincapie (Bayer Leverkusen) membuat lini belakang tampil lugas.

Sedangkan para gelandang Gonzalo Plata (Real Valadolid) dan Moses Caicedo (Brighton&Hove Albion) tak mau kalah dengan memperlihatkan kengototan yang luar biasa, dan  tentu saja faktor ketajaman dan kematangan kapten tim, Enner Valencia (Fenerbache).

Artinya, jika terus tampil konsisten seperti ini dan terus berkembang dengan penampilan yang solid, maka bisa saja Ekuador bisa menghentikan langkah Belanda atau Senegal untuk lolos dari Grup A sebagai dua tim terbaik.

Apapun nanti, kemenangan ini membawa Ekuador menjadi pemuncak klasemen sementara grup A, dan Qatar menjadi juru kunci.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun