Berturut-turut Pantai Gading, Maroko, dan tuan rumah Kamerun dihajar Mesir baik mengalami kekalahan melalui gol di extra time ataupun kalah di babak adu penalti.
Puncaknya nampak di semifinal. Menghadapi tekanan suporter dan tim tuan rumah Kamerun, yang tampil trengginas dengan top skor sepanjang turnamen Vincent Abubakar, Mo Salah dkk berhasil menang.
Akan tetapi begitulah hidup. Realitanya tidak bisa dihitung secara matematis, bahwa timnas Mesir yang dinaungi dewi fortuna sepanjang turnamen disokong mental yang hebat di babak adu penalti, mesti gagal dan tertunduk sedih.
Stadion Elembe menjadi saksi, bahwa pemain seperti M Abdelmonem, dan Mohanad Lashean tak mampu menahan tekanan di babak final setelah tendangannya tak mampu membobol gawang kiper Senegal asal klub Chelsea, Edouard Mendy.
Di sisi lain, Sadio Mane yang gagal sebagai algojo, dengan dingin menaklukan Gabaski, dan membawa Senegal menjadi juara Piaa Afrika 2021.
Mane menjadi algojo kelima dan penendang keempat yang berhasil, setelah Kapten, Koulibaly, Abdou Diallo, dan B Dieng seteleh Bouna Sarr sempat memberi harap bagi Mesir setelah gagal menunaikan tugasnya.
***
Mata penikmat bola pasti menunggu gestur di antara dua sahabat, Sadio Mane dan Mo Salah. Kamera di layar kaca, bergantian menampilkan paradoksial yang terjadi. Sadio Mane bergembira, menari, berlari ke mana-mana, dan Mo Salah hanya terdiam, menangis, dan tertunduk.
Cukup lama ini terjadi. Sadio Mane belum menghampiri Mo Salah untuk menghiburnya. Terlihat hanya Kapten Senegal, Koulibaly yang menghibur Abdelmonem yang tak bisa berkata apa-apa, dan pemain bernomor punggung 7, M Trezeguet yang menangis seperti anak kecil.
Setelah Mo Salah dan rekan-rekannya, mencoba kuat dan menghampiri para suporter, sesaat setelah itu Sadio Mane menghampiri Mo Salah dan mencoba menghiburnya. Mo Salah masih mencoba melihat kamera, dan nampak belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya dikalahkan oleh kompatriotnya di Liverpool itu.