Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Haruskah STY Menurunkan Dedik Drogba sebagai Starter (Lagi)?

30 Januari 2022   02:48 Diperbarui: 30 Januari 2022   04:54 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Striker Timnas, Dedik Setiawan I Gambar: AP/Suhaimi Abdullah

Di laga pertama menghadapi Timor Leste, bisa disebut ada tiga pemain yang dianggap coach Shin Tae-yong bermain buruk. STY tidak menyebutnya secara gamblang, tetapi pergantian pemain di awal paruh kedua menggambarkan hal itu dengan begitu jelas. Tiga nama itu adalah Edo Febriansyah, Ramai Rumakiek dan striker Dedik "Drogba" Setiawan.

Saya akan sedikit lebih banyak membahas penampilan Dedik. Bagi saya, Dedik bukan pemain atau striker yang buruk. Apalagi seperti pendukung Arema, saya kira harapan terhadap potensi Dedik membuat julukan Droba itu tetap dan masih akan terus melekat.

Akan tetapi harus diakui, penampilan buruk Dedik kemarin, bukanlah yang pertama. Di Piala AFF 2020 dapat dikatakan bahwa Dedik juga tampil tidak memuaskan, meski bukan Dedik seorang tapi semua striker timnas tidak satupun yang nampaknya memuaskan Shin Tae-yong.

Lalu mengapa Dedik dipilih terus oleh STY menjadi starter? Kompasianer senior nan humoris, Pebrianov dalam tulisannya,  sempat menyebut bahwa ini karena tuntutan peran dari STY untuk Dedik.

Jika saya tidak salah menginterpretasi, ditulisan itu disebutkan bahwa Dedik memang tidak ditugaskan oleh STY untuk mencetak gol, tapi untuk menarik perhatian pemain belakang lawan. 

Meski sempat terkesan tidak serius tulisan itu, tapi bisa saja ini rasional juga. Walau saya mesti mengatakan bahwa seorang striker apapun perannya, semestinya dapat mencetak gol.

Dedik jelas bukan saja tidak mampu menciptakan gol, memanfaatkan umpan matang saja pun sulit.

Di tulisan saya berjudul "Shin Tae-yong Naik Pitam, tapi Bukan Salah Pemain Saja", saya berusaha memberikan perspektif yang berbeda dan lebih adil dari sekedar mengatakan bahwa Dedik seorang striker yang buruk bagi timnas.

Saya memberi saran agar STY bisa mengubah pola permainan untuk memaksimalkan peran seorang Dedik. Sederhananya adalah pola 4-3-3 bisa dicoba dengan dua striker, 4-4-2 atau 4-3-1-2. Artinya, dicoba, jika tidak bisa menjadi striker tunggal carikan teman duet, bisa saja lebih baik penampilan Dedik.

Akan tetapi menurut saya ini bukan pilihan yang mudah dan tepat saat ini, karena mengubah taktik seperti itu, dapat mengubah ruh tim yang memiliki kekuatan di sektor sayap. Akan sulit sekali dilakukan.

Karena itu supaya lebih cepat, saya akan langsung menjawab pertanyaan di judul tulisan ini, haruskah STY menurunkan Dedik di laga kedua? Saya kira tidak harus dan lebih baik, jangan.

Alasannya seperti ini.  Laga melawan Timor Leste ini memang bertujuan untuk menambah poin Indonesia di klasemen FIFA, menang berarti menambah koefisien poin, tetapi ingat, bahwa proyeksi Piala AFF U-23 juga memaksa STY untuk segera memastikan pemain inti di ajang tersebut.

Terus memainkan Dedik---sebagai pilihan paling baik dari yang paling buruk sekalipun, bisa menghambat tersusunnya komposisi terbaik pemai U-23 nanti. Karena itu saran saya, sedari awal coba turunkan striker lain yang juga akan dipanggil di AFF U-23 nanti.

Dari segi usia, Dedik (27 tahun) sudah tidak bisa lagi. Yang bisa hanya, M Rafli (23 tahun) dan Hanis Saghara (22 tahun). Menurut saya, Hanis Saghara tidak buruk-buruk amat. Pemain kelahiran Bojonegoro ini lebih dinamis pergerakannya dari Dedik, hanya ya begitu masih sporadis. Butuh banyak pengalaman.

Yang patut dicoba adalah M Rafli, pemain asal Arema ini, bisa dicoba diturunkan dari awal. Meski di Arema sering juga bermain sebagai second striker, tapi naluri mencetak gol M Rafli juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika berhasil, maka STY mendapat opsi yang lebih banyak untuk U-23 nanti.

Terakhir, bagaimana jika gagal juga. Saya kira saya akan bahas lagi ini---karena sudah pernah memberi saran, agar STY suatu saat bermain dengan taktik atau skema false nine.

Esensi kemunculan taktik false ini jelas, yakni ketika tim tidak mempunyai nomor sembilan yang mumpuni, maka ada gelandang serang yang mampu melakukan gerakan pivotal dengan penyerang sayap. Sangat berhasil di tangan Pep Guardiola.

Keadaan yang saya kira akan terjadi jika STY tidak dapat menemukan striker yang tepat. Soal ini saya kira, akan saya bahas lagi di tulisan selanjutnya. Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun