Soal ini jelas Timor Leste ketinggalan.
Akan tetapi apakah ini berarti bahwa Timnas Sepakbola Timor Leste akan selalu ketinggalan atau kalah seperti saat kemarin? Saya kira tidak demikian adanya, apalagi pada faktanya ada negara kecil yang prestasinya jauh lebih baik dari Indonesia kan? Banyak malah.
Karena itu ijinkan saya mengemukakan 3 (tiga) hal yang dapat mendukung pernyataan saya tersebut.Â
Pertama, kecintaan dan kultur sepakbola di Timor Leste. Seperti kami di Timor Barat, soal sepakbola, orang Timor Leste itu dapat disebut fanatik.
Perbincangan dan cerita bola mengisi setiap sudut ruang orang Timor Leste. Kita bisa menemukan mereka bermain bola dengan penuh kegembiraan, khas orang timur.
Di laga pertama melawan Indonesia, itu jelas terlihat.Â
Perhatikan bagaimana gaya Gali Freitas yang masih belia itu menggiring bola dengan begitu indah, seperti orang Brasil fasih memainkan jogo bonito karena individu yang memang lahir dan besar di lingkungan bola.
Tak heran, dari begitu banyak julukan ada satu julukan Timnas Timor Leste yang menarik yakni The Little Samba Nation. Artinya, Â falam kegembiraan akan bola itu, saya kira akan lahir bibit-bibit hebat sepakbola Timor Leste di masa depan.
Kedua, jumlah penduduk yang sedikit dan wilayah Timor Leste yang tidak luas bisa menjadi keuntungan. Populasi Timor Leste itu 1,3 juta penduduk menurut data tahun 2020. Populasi Nusa Tenggara Timur (NTT) dimana saya menetap itu, adalah 5 juta sekian. Total Indonesia adalah sekitar 274 juta penduduk.
Cerita timnas U-19 era Indra Sjafri menemukan potensi Yabes Roni itu sulitnya minta ampun. Indra harus berkeliling sampai di Kabupaten kecil Bernama Alor dan menemukan Yabes, cerita yang serupa ketika menemukan beberapa pemain lainnya.
Untuk itu, seharusnya Timor Leste lebih mudah. Gerak untuk mengendus bakat-bakat hebat tidak sesulit di Indonesia. Jika sudah mampu menemukan maka tinggal fokus dan pembinaan saja, sehingga muncul Gali Freitas lainnya.