Mungkin saja belum klimaks, tetapi di Firenze sana, terlihat hanya terbentang satu spanduk besar bertuliskan kira-kira seperti ini " Gol tidak cukup mendapatkan rasa hormat, tetapi karena kesediaan untuk tetap berada di klub".
Isi spanduk ini tentu saja merespon transfer yang nampaknya menjadi paling besar di bursa Januari ini, yakni kepindahan striker kesayangan klub Seri A Italia, Fiorentina ke sang rival, Juventus.
Ya, striker Fiorentina, Dusan Vlahovic sedikit lagi akan berganti seragam, bisa dikatakan telah mencapai 99 persen, tersisa detil-detil kecil.
Respon yang bisa dikatakan semenjana tersebut tentu saja berbeda dengan yang terjadi di era 1990-an ketika pahlawan Firenze Bernama Roberto Baggio memilih untuk bermain di Turin bersama Juventus.
Tepatnya pada 19 Mei 1990, di Florence, terjadi tindakan anarkis. Para fans mengarahkan batu bata, bom molotov, potongan besi, rantai dan banyak benda lainnya ke arah polisi. Dalam peristiwa tersebut 50 orang terluka dan sembilan lainnya ditangkap.
Kejadian itu bahkan berubah menjadi anarkis dramatis saat Flavio Pontello, presiden Fiorentina, terkurung di markas klub karena kerusuhan itu, karena memilih untuk melakukan hal keji di mata suporter yakni menjual pemain bintang dan kesayangan, Roberto Baggio ke Juventus.
Lalu mengapa respon sejenis tidak nampak di Florence lagi, apakah karena Dusan Vlahovic tidak sehebat dan disayang oleh fans Fiorentina? atau ada alasan yang lain?
Ini menarik untuk diulas, karena jika bicara kehebatan, Vlahovic yang baru berusia 21 tahun itu bisa dikatakan lebih hebat dari Baggio di usianya tersebut.
Bersama La Viola, Vlahovic menjadi striker yang paling diburu klub elit eropa, karena torehan golnya yang hebat.
Dalam dua musim terakhir di Fiorentina, Vlahovic menyumbang 38 gol, dan hanya kalah dari Robert Lewandoski, Erling Haaland dan Karim Benzema.
Inilah yang membuat banyak klub elit menggoda Vlahovic, dan terakhir meruncing ke dua klub yakni Arsenal dan Juventus.
Para pendukung Fiorentina bahkan sudah bermimpi bahwa Dusan Vlahovic adalah titisan Gabriel Batistuta, sang legenda, juru gedor tajam yang pernah dimiliki oleh La Viola.
Sayang sungguh sayang, impian itu ternyata tidak seindah kenyataan, Vlahovic tidak selama Batistuta, dan bahkan melukai hati karena memilih pindah ke Juventus, mengikuti jejak pemain bertalenta lain sesudah era Roberto Baggio.
Inilah yang membuat saya menilai, bahwa respon pendukung Fiorentina terhadap keputusan Vlahovic berpindah ke Juventus seperti adem ayem, karena sudah berulang kali terjadi, sehingga kebencian itu pada akhirnya berubah menjadi semacam kepasrahan saja.
Sebelum Vlahovic misalnya, Presiden Fiorentina, Rocco Commisso yang berjanji tidak akan melepas Federico Chiesa ke klub rival harus rela, pada akhirnya Chiesa juga berpindah ke Juventus. Â Sebelum Chiesa, ada juga nama Federico Bernadeschi, yang sempat membuat kemarahan memuncak di Firenze.
Bagi pendukung Fiorentina, kepindahan ini bisa terasa berat sekali, tetapi pada akhirnya begitulah resiko menjadi fans, karena di era modern, loyalitas itu tidak sekuat impian sang pemain dna tentu saja kekuatan uang.
Dusan Vlahovic dan Federico Chiesa dilansir dari berbagai media mengatakan bahwa mimpi mereka adalah bermain untuk Juventus di Italia.
Itulah yang membuat tawaran Arsenal kepada Vlahovic yang notabene lebih besar dengan sodoran gaji menggiurkan ditolak oleh Vlahovic.
Rocco Commiso juga tidak bisa mengelak, karena Juventus, klub yang paling dihindari mereka akhirnya menjadi satu-satunya klub asal Italia yang berani menyodorkan hingga 70 juta euro untuk memastikan transfer ini terjadi.
Impian sang pemain untuk bermain di klub yang memiliki sejarah kuat seperti Juventus dan kekuatan finansial, membuat kepindahan ini terasa lebih mudah, dan artinya pecinta Fiorentina hanya bisa pasrah melihat kenyataan yang terjadi.
Terakhir ada hal yang menarik, meskipun hanya dugaan.
Di balik sindiran bahwa Fiorentina seperti menjadi SSB bagi Juventus karena menyuplai pemain terbaik, disinyalir pula bahwa Rocco Commisso dan petinggi klub Italia berupaya agar marwah Seri A dapat terus berkibar karena bertahannya salah satu talenta terbaik dunia di tanah Italia.
Maksudnya seperti ini. Bertahannya Vlahovic di Italia meski berpindah klub, akan membuat klub yang dibelanya (Juventus) akan bertambah kompetitif dan diharap mampu bersaing di Eropa.
Bayangkan, jika para pemain terbaik semuanya berpindah ke Liga Inggris, maka nilai jual Seri A akan semakin menurun. Masuk akal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI