Saya akhirnya menyaksikan laga timnas putri Indonesia yang bermain di Piala Asia Wanita 2022 meski hanya melalui live stream.
Sebelumnya saat Garuda Pertiwi melawan Australia, saya absen.
Sebenarnya saya sudah memiliki jadwal dari timnas putri ini, namun memang saya ingin menghindari menyaksikan laga tersebut karena tahu persis bagaimana kualitas Australia dibanding dengan timnas. Saya tak mau menyaksikan timnas putri dipermainkan.
Benar, kekalahan 0-18 harus diderita Muzdalifah dkk, menunjukkan betapa jauhnya kualitas antar kedua tim.
Sedihnya, sesusai laga tersebut, tidak sedikit netizen yang menyindir penampilan timnas putri. Mulai dari dianggap hanyalah anggota dari fun football, hingga membandingkan kualitas individu para pemain dengan pemain Australia.
Kalau yang terakhir, jelas salah, karena tidak dapat dibandingkan.
Misalnya Samantha Kerr, striker The Mathildas yang membobol gawang Indonesia hingga lima kali tersebut itu, adalah runner-up pemain terbaik dunia. Jika di bola putra, maka Sam dapat dibayangkan sebagai Lionel Messi, Christiano Ronaldo atau Robert Lewandowski.
Jadi tak perlu marah, kecewa bahkan sampai menyindir ketika para pemain timnas putri nampak ceria berfoto saat bertemu dengan pemain idola mereka tersebut. Kapan lagi? Begitu kira-kira.
Kembali ke laga melawan Thailand. Saya jelas sedikit terkejut melihat penampilan Muzdalifah dan rekan-rekannya, saya kira penampilan mereka tak buruk-buruk amat.
Maksud saya begini. Kekalahan 0-18 timnas putri yang diikuti dengan ejeken sejumlah netizen kepada punggawa, seperti menarasikan bahwa para pemain hanya berdiri diam, tidak mengejar musuh dan membiarkan lawan membobol gawang sendiri.