Akan tetapi hal ini berubah, setelah capaian ke partai puncak diiringi dengan penampilan impresif Asnawi Mangkualam dkk.
Bertimbun pujian diberikan, dan itu seiring dengan kepercayan terhadap timnas, bahwa di tangan Shin Tae-yong, Indonesia dapat berbicara banyak.
Bibit-bibit muda, akan diasah Shin Tae-yong untuk memberikan hasil maksimal, bukan saja di level Asia tetapi seharusnya di level dunia, meski di Yunior saja. Mengapa harus bicara level lokal, atau regional, jika di level dunia seharusnya kita dapat berbicara banyak.
Kedua, mungkin saja, Jokowi sudah berpikir visioner, bahwa keberhasilan di perhelatan Piala Dunia U-20 akan membawa Indonesia semakin dikenal dan dapat menjadi anak tangga menghasilkan pesepakbola hebat yagn dikenal dunia.
Artinya, ajang yang terakhir dijuarai Ukraina ini bukan hanya lewat semata, tetapi pernah menjadi jalan yang dilalui oleh pesepakbola hebat dunia.
Ada nama Lionel Messi yang bersinar pada Piala Dunia U-20 2005. Saat itu La Pulga bahkan meraih gelar golden balls dan menjadi penentu gelar bagi Argentina setelah mengalahkan Nigeria di babak final.
Selain Messi, pesepakbola hebat Argentina lainnya juga lahir dari ajang ini, sebut saja nama seperti Sergio Aguero (Top skor Piala Dunia U-20 2007) dan tentu saja sang legenda, Diego Maradona yang tampil hebat di Piala Dunia U-20 1979.
Prancis juga mengorbitkan Paul Pogba di U-20 2013 yang berlangsung di Turki, dimana Prancis menjadi juara, serta Dani Alves yang membawa Brasil jadi juara U-20 2003 yang berlangsung di Emirat Arab.
Saya tentu saja berharap, ada nama-nama pemain Indonesia yang dapat berkibar di U-20 2023. Semuanya mungkin melalui polesan Shin Tae-yong yang dapat dikatakan sudah membuktikan kemampuan menangani anak-anak muda di AFF 2020.
Dua hal ini saja membuat saya sepakat bahwa mesti dari jauh-jauh hari, Shin Tae-yong perlu berkonsentrasi untuk menyiapkannya.
Memang tak akan mudah, karena mesti mencari bibit-bibit potensial yang masih muda di tengah ekosistim sepakbola yang masih compang-camping.