Lihat saja selama Rachmad Irianto di lapangan. Saya kira lebih dari dua kali Rachmad mampu melakukan intersep kepada para pemain Singapura.
Bukan itu saja saya kira. Di sisi lain, Rachmad juga tak segan untuk berjibaku, beradu fisik dengan para pemain Singapura saat pressing dilakukan yang akhirnya membuat garis penyerangan Singapura nampak tenggelam.
Selain itu, saya kira perpaduan antara Rachmad dan Ricky Kambuaya juga sudah bersinergi dengan baik.
Ini terlihat ketika Ricky membantu serangan maka Rachmad memilih untuk tetap berjaga di belakang dan sebaliknya.
Lebih detil jika kita perhatikan, maka pergerakan Ricky dan Rahmad  saat menyerang, disokong juga dengan pergerakan dari Alfeandra Dewangga yang mengisi ruang kosong yang ditinggalkan dengan begitu baiknya. Â
Hal ini "memaksa" Dewangga untuk bermain lebih ke tengah. Tidak masalah, apabila Elkan Baggot sudah nyetel dengan Fachrudin di belakang.
 Akan tetapi, jikalau  tidak, maka prosentase kegagalan melakukan perangkat offside itu memiliki kemungkinan yang besar.  Hasilnya gol Singapura tercipta.
Inilah yang membuat saya berpikir agar di leg kedua Rachmad Irianto jangan ditarik keluar dalam formasi 3-5-2. Rachmad memberikan kenyamanan kepada Ricky untuk membantu serangan.
Berikutnya adalah pertanyaan pamungkas. Apakah ini berarti Evan Dimas perlu saja tetap saja di bench dan tidak usah dimasukkan ke lapangan hijau?
Saya kira tidak demikian. Hanya usul saya, jika hendak dimainkan, posisi Evan Dimas jangan straight menggantikan peran Rachmad Irianto.
Saya berpikir, seharusnya Evan menggantikan salah satu penyerang sayap di depan, dan mengubah formasi menjadi 4-4-2. Â Tak masalah, karena ini tanda kesemibangan. Apalagi jika sudah unggul dan ingin bermain aman maka formasi ini tetap digunakan.