Saya jelas perlu kembali mereparasi standar kebahagiaan soal timnas sepak bola Indonesia, setelah hasil seri melawan Singapura dalam laga semifinal leg 1, Piala AFF 2020.
Saya yang mengira bahwa kebahagiaan saya akan sempurna dengan kemenangan, perlu kembali ke asal, yakni berusaha mensyukuri apapun hasilnya.
Itu pikiran saya beberapa menit yang lalu, dan singkat sekali. SEKARANG, saya kira tidak lagi.
Saya masih merasa bahwa seharusnya pasukan Merah Putih menang atas Singapura---meski dengan skor yang tipis.
Lebih tajam lagi, saya bahkan menilai bahwa hanya ada kesalahan "kecil" yang saya kira telah dilakukan oleh Shin Tae-yong dan ternyata berdampak besar, yakni menarik keluar gelandang Rachmad Irianto.
Apakah ini penyebab dari terjadinya gol balasan Singapura? Lagi dan lagi, saya akan menjawab YES meski saya sadar bahwa pernyataan ini bisa diperdebatkan, tetapi saya merasa perlu mengambil posisi.
Begini maksud saya. Pertama, saya jelas tidak bermaksud mengatakan bahwa masuknya Evan Dimas sebagai penyebab gol balasan, tidak sama sekali, saya perlu menggaris bawahi, bahwa menarik keluar Rachmad Irianto jelas merubah pola permainan, terutama soal defensif tentunya.
Inilah yang membuat saya perlu bertanya, perlukah Rachmad Irianto, gelandang asal Persebaya itu ditarik keluar?
Saya akan berusaha memahami maksud Shin Tae-yong dari soal teknik, bukan karena stamina yang menurus, tentu saja tidak.
Jika kita perhatikan, dengan dikeluarkannya Rachmad Irianto maka nampaknya Shin Tae-yong sudah merasa bahwa timnas tidak perlu melakukan pressing yang ketat, dan pastinya ini berarti bahwa lini belakang sudah tidak terlalu dibahayakan oleh Singapura (lagi).