Di daftar di atas ada nama Ramai Rumakiek yang telah mendapat dua kartu kuning, Â dan dipastikan absen di semifinal leg pertama.
Nah, artinya, jika aturan ini berlaku sampai semifinal, maka pemain-pemain inti yang telah mendapat kartu kuning perlu berhati-hati. Jika tidak, maka timnas bisa kehilangan banyak pemain di babak final nantinya.
Kedua, faktor Ammar Ebrahim yang fenomenal itu. Ebrahim adalah pelatih yang memimpin laga antara timnas Indonesia menghadapi Malaysia.
Di laga tersebut, keputusan kontroversial Ebrahim bahkan membuat Shin Tae-yong yang biasanya tenang, harus beradu mulut dengan wasit keempat di pinggir lapangan.
Tae-yong memang kecewa melihat kepemimpinan wasit. "...Ada beberapa keputusan wasit yang saya tidak bisa pahami" tutur Tae-yong, mengomentari kepemimpinan Ebrahim yang banyak kali merugikan pemain timnas. Salah satunya adalah kartu kuning "aneh" yang diterima oleh striker timnas, Ezra Walian.
Sedikit cerita tentang kepemimpinan Ammar Ebrahim ini bisa disimak di tulisan saya berjudul "Ammar Ebrahim, yang Janggal dari Laga Indonesia Vs Malaysia".
Kemungkinan besar, Â wasit asal Bahrain ini tidak bisa memimpin laga Indonesia Vs Singapura nanti, karena baru saja memimpin laga yang dilakoni oleh Indonesia.
Akan tetapi, kekuatiran bahwa ada replika Ammar Ebrahim yang akan memimpin laga semifinal tentu saja akan mengkuatirkan Shin Tae-yong.
Kita (bersama Shin Tae-yong) tidak akan mau laga di atas lapangan hijau yang seharusnya menarik, dengan balutan fair play, dilukai karena kepemimpinan wasit yang buruk apalagi memihak salah satu tim.
Apakah hal ini mungkin saja terjadi? Saya kira kemungkinan itu tetap ada. Selama bukan Pierluigi Collina yang menjadi wasit saya kira kita patut kuatir hal-hal tersebut akan terjadi, apalagi teknologi Video Assistance Referee (VAR) belum diaplikasikan di gelaran Piala AFF 2020 di Singapura ini.
Karena itu, menghadapi tuan rumah Singapura yang pasti disoraki mayoritas pendukungnya, kita patut kuatir jika wasit yang manusia itu akan tidak obyektif alias memihak.