Timnas Indonesia sebaiknya jangan jumawa. Kemenangan telak atas Malaysia seyogyanya jangan direspon dengan euforia berlebihan dan akhirnya membuat lupa diri.
Ketika lupa diri, maka kemenangan meyakinkan atas Malaysia di Piala AFF 2020 yang membuat saya dan jutaan pendukung timnas bahagia hingga sekarang itu akhirnya akan sia-sia belaka.
Karena itu setelah tulisan puja-puji atas penampilan timnas, saya pikir akan seimbang jika saya juga mencoba mengulas kelemahan timnas dari perspektif saya.
Saya kira, kita akan setuju bahwa tak ada tim di jagat langit  ini yang sempurna, seperti bunyi peribahasa, "tak ada gading yang tak retak".
Langsung saja. Menurut saya, menyimak empat laga yang telah dilakoni Pasukan Merah Putih, saya akan memberikan 3 (tiga) catatan kelemahan dari timnas yang urgen untuk dibenahi dan harus menjadi perhatian.
Pertama, masih sering membuat pelanggaran yang tak perlu.
Masih ingat bagaimana Ramai Rumakiek mendapat kartu kuning yang menurut saya terlalu cepat saat melawan Malaysia.
Selain itu, aksi lompatan menyerupai kungfu Asnawi saat menghadapi Vietnam---kalau tidak salah juga berbuat kartu kuning. Menurut saya, itu pelanggaran yang tidak perlu.
Saya berusaha memahami pelanggaran-pelanggaran sepert ini dari gaya dan taktik permainan yang diusung oleh coach Shin Tae-yong. Â
Gagasan dari Tae-yong adalah mendorong para pemain untuk tampil terus trengginas dengan memberikan pressing lawan, ketika tidak sedang memegang bola. Tujuannya adalah segera merebut bola dari lawan.
Boleh saja, akan tetapi transisi untuk melakukan hal itu diusahakan untuk tetap mulus, dan dengan mental yang tepat, sehingga keputusan yang diambil juga mestinya tepat.
Maksud saya begini. Para pemain muda kita pasti akan bersemangat untuk melakukan gegenpressing tetapi bukan berarti pressing itu identik dengan banyak melakukan pelanggaran, apalagi yang tak perlu.
Saya kuatir semakin tinggi tensi laga, khususnya di semifinal nanti, maka pelanggaran-pelanggaran sejenis ini akan lebih banyak, dan malah merugikan tim nantinya. Ini perlu kehati-hatian.
Kedua, agresifitas Para Pemain Sayap yang dapat meninggalkan ruang kosong.
Apakah lini belakang kita terlihat sempurna dengan permainan menyerang yang berkiblat pada pergerakan ofensif dari sektor sayap? Saya kira, tidak demikian.
Perhatikan saja bagaimana cara Kamboja membobol gawang kita dua kali karena memanfaatkan kelengahan di sektor belakang terutama di sektor sayap ini.
Melawan tim yang lebih lemah, lubang di sektor ini menganga karena para pemain keasyikan menyerang dan lupa pertahanan.
Di dua laga terakhir melawan Vietnam dan Malaysia, lubang ini berhasil disumbat karena lawan lebih kuat.
Dalam balutan formasi 3-5-2 dan 4-2-3-1 yang rapat, tidak terlalu banyak ruang di sektor ini yang dapat dieksploitasi lawan.
Melawan Singapura nanti, ini harus dapat terus dijaga. Pergerakan Pratama Arhan dan Asnawi harus tetap terkontrol.
Jika maju pun, gelandang seperti Rachmad Irianto atau Ricky Kambuaya perlu sigap untuk menutup ruang yang kosong ini.Â
Jika ini berjalan sempurna, jalan skuad Garuda bisa lebih mulus.
Terakhir adalah kekuatiran bahwa timnas kita akan tampil anti klimaks karena faktor stamina.
Bermain dengan full pressing, para pemain terus mobile sepanjang 90 menit tentu menguras tenaga, ini bisa jadi kekurangan nanti.
Berulang kali ketika konfrensi pers setelah laga melawan Malaysia, Shin Tae-yong menyebutkan recovery, recovery.
Artinya pemulihan kondisi dianggap sangat penting. Sebenarnya hal ini tidak menjadi masalah jika skuad kita cukup dalam.
Maksud saya begini, jika pemain mulai kelelahan maka sudah ada pelapis dari bench yang tidak menurunkan kualitas permainan timnas.
Di sektor penyerang sayap, saya kira ada jaminan untuk itu.
Di bench masih ada Yabes Roni, Ramai Rumakiek bahkan Egy Maulana Vikri yang akan bergabung yang dapat menjadi opsi jika Irfan Jaya dan Witan Sulaeman kelelahan.Â
Hanya, harus diakui, pelapis untuk dua bek sayap, Pratama Arhan dan Asnawi ini yang mungkin belum teruji.
Kedua pemain ini dipaksa bermain dalam empat laga tanpa henti. Kekuatiran bahwa kedua pemain ini akan kelelahan di semifinal dianggap wajar. Karena itu, ini bisa jadi hal yang perlu menjadi perhatian.
Entah solusinya dengan pendekatan melalui formasi yang membuat kerja kedua pemain ini menjadi lebih ringan, atau apa, yang penting ini dapat menjadi perhatian.
Kelemahan-kelemahan ini anggap saja sebagai pengingat, bahwa lawan timnas sekarang akan berpikir keras mengeksploitasi kelemahan ini.
Saya menduga dari tiga kelemahan ini, Singapura sebagai calon lawan akan mencoba bermain dengan provokasi, lalu juga mengintip ruang kosong di sektor sayap dengan serangan balik.
Akan tetapi, jika coach Shin Tae-yong dapat lebih rapi menambal kekurangan-kekurangan ini, maka nasib Singapura rasanya tak akan jauh beda dari Malaysia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H