Boleh saja, akan tetapi transisi untuk melakukan hal itu diusahakan untuk tetap mulus, dan dengan mental yang tepat, sehingga keputusan yang diambil juga mestinya tepat.
Maksud saya begini. Para pemain muda kita pasti akan bersemangat untuk melakukan gegenpressing tetapi bukan berarti pressing itu identik dengan banyak melakukan pelanggaran, apalagi yang tak perlu.
Saya kuatir semakin tinggi tensi laga, khususnya di semifinal nanti, maka pelanggaran-pelanggaran sejenis ini akan lebih banyak, dan malah merugikan tim nantinya. Ini perlu kehati-hatian.
Kedua, agresifitas Para Pemain Sayap yang dapat meninggalkan ruang kosong.
Apakah lini belakang kita terlihat sempurna dengan permainan menyerang yang berkiblat pada pergerakan ofensif dari sektor sayap? Saya kira, tidak demikian.
Perhatikan saja bagaimana cara Kamboja membobol gawang kita dua kali karena memanfaatkan kelengahan di sektor belakang terutama di sektor sayap ini.
Melawan tim yang lebih lemah, lubang di sektor ini menganga karena para pemain keasyikan menyerang dan lupa pertahanan.
Di dua laga terakhir melawan Vietnam dan Malaysia, lubang ini berhasil disumbat karena lawan lebih kuat.
Dalam balutan formasi 3-5-2 dan 4-2-3-1 yang rapat, tidak terlalu banyak ruang di sektor ini yang dapat dieksploitasi lawan.
Melawan Singapura nanti, ini harus dapat terus dijaga. Pergerakan Pratama Arhan dan Asnawi harus tetap terkontrol.
Jika maju pun, gelandang seperti Rachmad Irianto atau Ricky Kambuaya perlu sigap untuk menutup ruang yang kosong ini.Â