Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Di Winning Eleven atau PS 1, Elkan Baggott Pasti Dijadikan Striker

21 Desember 2021   05:36 Diperbarui: 21 Desember 2021   05:38 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gol keempat Timnas Indonesia yang dicetak Elkan Baggott terkesan istimewa. Bagaimana tidak, dikawal pemain berlabel Liga Champions Eropa seperti Dion Cools, Baggott berhasil melepaskan diri, sedikit melompat dan menyundul bola masuk sempurna ke gawang Malaysia.

Saya kira, Baggott dapat dikatakan tampil luar biasa setiap kali diberikan kesempatan. Baggott yang baru berusia 19 tahun itu, tampil tenang, tak emosional, kuat ketika beradu dengan penyerang lawan di darat maupun udara.

Menurut saya, jika diurai ada dua kekuatan Baggott yang baru usai menjalani karantina sebeum memperkuat Timnas Indonesia menghadapai Malaysia. Pertama, adalah kemampuan passing Baggott yang istimewa.

Jika dapat membandingkan---meski masih butuh waktu untuk sama, Baggott mirip dengan peran Leonardo Bonnuci di Timnas Italia dan Juventus. Bonnuci bukan saja dikenal sebagai bek tengah yang Tangguh tapi mampu melepaskan umpan direct ke depan untuk memulai serangan.

Peran ini biasanya dimainkan oleh seorang deep playing playmaker, namun, karena Indonesia tidak bermain dengan pemain seperti ini, Baggott diinstruksikan untuk melakukan peran itu. Karakteristik Baggot dapat dikatakan sudah cukup pas.

Pemain kidal ini, mampu mendribble, mendelay bola dengan baik lalu mampu melihat pergerakan pemain Timnas Indonesia melalui sayap dengan sangat baik serta memberikan umpan matang untuk mereka.  

Mungkin Baggot yang baru berusia 19 tahun ini belajar banyak di Ipswich Town bagaimana cara pemain belakang sepertinya berperan sentral dalam pergerakan pemain yang masih "menyisakan" kick and rush dengan cukup kental.

Selain kemampuan ini, dapat dikatakan kemampuan Baggot yang paling dominan, tentu saja adalah kemampuannya ketika sedang duel udara. Gol keempat  yang dicetak Baggott adalah bukti bahwa pemuda kelahiran Bangkok ini memang piawai menggunakan kelebihannya, yakni ukuran tubuhnya.

Dengan tinggi mencapai 194 cm, Baggott seperti seorang anak SMU yang bermain basket melawan anak-anak SD atau SMP.  Malaysia yang sengaja memasang Dion Cools, pemain berlabel Liga Champions untuk menahan Baggott agar tidak leluasa memanfaatkan keunggulan ini, tidak bisa berbuat apa-apa saat momen gol itu terjadi.

Dominasi itulah yang sempat membuat saya berkhayal, bisakah suatu saat pelatih Shin Tae-yong, atau pelatihnya di Ipswich Town menjadikan Baggott sebagai seorang striker.

Bayangan saya membuat saya teringat akan striker jangkung jaman dahulu seperti Tore Andre Flo dan Petr Crouch, atau di jaman sekarang Erling Haaland---dengan catatan Baggott dapat meningkatkan kecepatan dan shootingnya.

Khayalan dan ilusi ini sudah mempunyai contoh. Lihat saja Dion Cools dibuat pelatih Malaysia, Tan Cheng Hoe untuk menjadi striker saat timnya ketinggalan dari Indonesia. Padahal, Dion Cools sendiri adalah pemain berposisi bek kanan di klub aslinya.

Saya jadi teringat saat bermain PS waktu remaja dulu, di game Winning Eleven alias PS 1. Penikmat game ini mungkin masih ingat, bagaimana seorang Roberto Carlos bisa dijadikan striker, atau penyerang sayap di formasi 3-4-3, yan tak tertahankan di jaman itu.

Legenda Brasil dan Real Madrid ini memang tidak memiliki tubuh yang tinggi, tetapi pace, speed dan terutama kemampuan shootingnya di atas rata-rata. Siapa yang memilih Real Madrid atau Brasil sebagai tim, auto menjadikan Carlos sebagai striker, dan itu adalah jaminan kemenangan.

Karena itulah, saya yakin, jika sekarang ini masih jaman Winning Eleven atau PS 1, maka Baggott bisa dijadikan sebagai striker oleh player PS.

Di era PES, sudah tidak bisa lagi. Karakteristik pemain sudah ditambah, bukan hanya kemampuan shoot dan speed saja, tetapi soal ketepatan dalam posisi idealnya. Jika tidak di posisinya, pemain seperti kena demam berdarah, lesu, tidak mau bergerak lincah.

Lalu apakah suatu saat Shin Tae-yong tidak akan mendorong Baggott sebagai striker? Saya kira bisa saja, tetapi tidak permanen kala main PS 1.

Palingan saat set piece, Baggot akan didorong ke depan seperti biasanya, atau saat timnas sedang ketinggalan, dan Shin Tae-yong ingin menyerang memanfaatkan umpan lambung dari sektor sayap, Baggot bisa menemani Ezra Walian di depan.

Apapun itu, selalu menarik melihat Baggott di timnas sekarang. Baggott nampaknya menjadi pemain paling tinggi dalam sejarah timnas, dan bukan itu saja, kemampuan Baggott sangat bisa diandalkan, bukan hanya bermodal tinggi badan saja. Menarik melihat kiprah Baggot selanjutnya di Piala AFF 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun