Ada hal menarik dari dua laga "serius" yang terakhir dilakoni oleh Tim Nasional (Timnas) Indonesia, melawan Vietnam dan Malaysia,  yakni tidak dimainkannya gelandang Evan Dimas sebagai starter.
Tentu saja ini berbeda dengan apa yang terlihat saat melawan Kamboja dan Laos, Evan Dimas Darmono menjadi starter bahkan didaulat sebagai kapten bagi rekan-rekannya.
Ada apa sebenarnya? Apakah ini sekedar keperluan strategi? Atau coach Shin Tae-yong sudah tak menjadikan Evan Dimas sebagai kebutuhan primer untuk mewujudkan permainan yang sesuai keinginannya? Evan Dimas sudah dicuekin?
Pertanyaan - pertanyaan ini akan saya coba jawab dengan hati-hati.
Pada awalnya memang terlihat sebagai kepentingan taktikal semata, hanya saya juga merasa nampaknya Evan Dimas memang tak sesuai dengan karakter pemain yang diinginkan oleh Shin Tae-yong sebagai pelatih.
Rasanya saya harus memberi contoh untuk menjelaskan hal ini agar lebih jelas.Â
Saya teringat akan apa yang terjadi dengan Jose Cancelo, bek modern asal Portugal yang mengkilap sekarang bersama klub Inggris, Manchester City. Saya kira ini contoh yang cocok atau paling tidak menyerupai.
Pada waktu Cancelo dijual oleh Juventus, alasan pelatih Max Allegri waktu itu karena Cancelo tidak balance saat bertahan dan menyerang. Karakteristik Cancelo inilah yang dinilai Allegri tidak sesuai dengan gaya pragmatis yang diusungnya bersama Juventus.
Maksud saya seperti ini. Allegri menginginkan seorang Cancelo yang dapat segera turun bertahan saat transisi kehilangan bola dan mentekel lawan dengan apik.Â
Kekuatan pragmatisme ala Allegri memang di keseimbangan. Cancelo dianggap Allegri terlalu ofensif dengan minus kemampuan defensif.