Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Efektif, Ini 3 Cara Shin Tae-Yong Perdaya Balik Vietnam

15 Desember 2021   22:46 Diperbarui: 16 Desember 2021   17:22 1594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi penyerang timnas Indonesia, Ezra Walian, dalam laga Piala AFF 2020 antara Indonesia vs Vietnam (AFP/Yong Teck Lima) via Kompas.com

Beberapa jam sebelum laga, pelatih Vietnam, Park Hang Seo sempat berucap bahwa Vietnam masih memiliki kelemahan yakni di sektor belakang yang sering membuat kesalahan sendiri. Setahu saya, Park Hang Seo ini pelatih cerdik dan sedikit licik. Saya mencium, pernyataan ini seperti sebuah umpan agar Indonesia tampil menyerang dan masuk perangkap.

Syukur, pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-Yong tak termakan umpan Hang Seo. Di laga keduanya, Shin Tae-Yong bahkan terlihat mampu memperdayai balik agresifitas Vietnam ala Hang Seo. Timnas Indonesia tampil bertahan dengan formasi yang berbeda jauh dengan dua pertandingan sebelumnya.

Akhirnya Vietnam yang tangguh itu ditahan imbang tanpa gol hingga sembilan puluh menit plus tiga. Ketika peluit panjang dibunyikan, Shin Tae Yong terlihat gembira, tersenyum simpul,  sedangkan Hang Seo Bersama stafnya segera menghilang, tak terlihat batang hidungnya.

Shin Tae-Yong pantas gembira, karena taktik cerdasnya berjalan mulus dan efektif. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Shin Tae Yong? Paling tidak ada 3 (tiga) hal yang dapat dikemukakan.

Pertama, kejutan 5-2-3 yang bertransformasi dengan cepat saat dibutuhkan. Saya cukup terkejut dengan formasi seperti ini. Bagi saya nampak tak biasa, mesti pada akhirnya maklum karena pola permainan agresifitas Vietnam yang mengandalkan sektor sayap. Saya coba bahas satu persatu.

Misalnya, soal 5-2-3 ini. Hal ini menurut saya memang agak nanggung. Biasanya skema 5-3-2 lebih dipilih daripada 5-2-3. Maksud saya seperti ini. Jika Shin Tae Yong ingin bertahan total, maka Irfan Jaya dan Witan tidak akan dimainkan sekaligus.

Kedua pemain ini sangat agresif, bersama Ezra Walian, tiga pemain ini tertahan dan akhirnya membiarkan Rachmad Irianto dan Ricky Kambuaya bekerja terlalu keras membantu pertahanan.

Akibatnya, perhatikan, Ricky banyak sekali kehilangan bola dan posisi. Mengapa? Ketika kedua pemain ini (Witan dan Irfan) mundur, dan 5-2-3 berubah menjadi 5-4-1, pemain nampak menumpuk di sayap, dan Ricky nampak canggung. Hitungan saya ada dua peluang Vietnam yang meskipun tak membahayakan tapi timbul karena kecanggungan yang dimaksud.

Sisi positif dari kecanggungan itu adalah Vietnam sangat-sangat kesulitan bergerak dari sektor sayap. Habis.

Park Hang Seo berharap banyak dari Nguyn Phong Hng Duy, pemain bernomor punggung tujuh, hanya kerumunan yang diciptakan oleh 5-2-3 dan 5-4-1 ini, membuat pergerakannya terbatas, bahkan kontak fisik kerap terjadi. Pertandingan menjadi melambat bagi Vietnam yang biasa bermain cepat.

Kedua, menyimpan Evan Dimas untuk babak kedua. Harus diakui menyimpan Evan Dimas untuk dimainkan di babak kedua juga dapat dikatakan sebuah perjudian berharga besar bagi Shin Tae Yong, syukurnya, berhasil.

Lihat saja di awal babak kedua. Setelah Evan Dimas masuk menggantikan Rachmad Irianto, lini pertahanan Indonesia sempat dibuat ketar-ketir. Syukurnya, ini hanya adaptasi, karena setelah itu, Indonesia nampak lebih dapat menyerang daripada di babak pertama.

Kunci peletakan Evan Dimas, adalah untuk men-delay bola. Maksudnya adalah Evan diharapkan dapat menahan bola lebih lama, dan membuat para sayap Indonesia punya waktu untuk maju ke depan. Tujuannya untuk menahan para pemain Vietnam lebih lama untuk kembali membangun serangan. Efektif. 

Di sisi lain, dalam posisi ini, garis serang Indonesia sedikit naik, dan membuka ruang untuk Ricky Kambuaya dapat menusuk dari sektor kedua. Seperti yang dilakukannya di Persebaya. Ini sempat membuat pertahanan Vietnam kerepotan, meski terbilang jarang dibanding gelombang serangan dari Vietnam.

Kontra strategi lau dimainkan oleh Park Heng Seo di kubu Vietnam. Alih-alih bergerak dari sektor sayap, Vietnam mulai mencari ruang kosong dari garis tengah, khususnya ketika Evan kehilangan bola. Sayang bagi Heng Seo, Shin Tae-Yong pintar membaca situasi.

Bek tengah Alfeandra Dewangga, beberapa kali berubah menjadi gelandang bertahan dan menghalau bola dari luar kotak penalti. Dewangga memang menjadi pemain serba bisa di AFF ini. Dengan penempatan ini, Dewangga memastikan bahwa Evan Dimas mampu mendelay bola dengan baik.

Ketiga, keberanian bermain dengan keras dan beradu mental. Salah satu keraguan soal skuad timnas ini adalah faktor usia yang masih muda. Pertanyaan kuncinya adalah apakah mental mereka teruji ketika berada di situasi pressure tinggi dari Vietnam? Di laga ini terlihat bahwa jawabannya bisa.

Asnawi cs mampu membuat Vietnam yang terlihat ngotot, hampir hilang kira dengan permainan keras mereka. Bukan itu saja, perhatikan bagaimana cara mereka berakting cedera dan membuat waktu pertandingan menjadi terhenti menjelang laga berakhir.

Ini seperti laga-laga final turnamen besar, dan sah-sah saja. Pemain sekaliber Alesandro Del Piero saja melakukannya, tak ada masalah, bahkan itu jurus mujarab dan membuat Vietnam nampak frustrasi.

Apakah ini spontanitas dari para pemain? Ah, sekali lagi saya menilai ini otaknya Shin Tae-Yong. Di Korea, bahkan cara ini, adalah cara legenda. Tak uah saya ceritakan lebih lanjut, tetapi penikmat bola lawas, pasti ingat cara Korsel menaklukkan Italia di Piala Dunia 2002.

Akhirnya,  dengan hasil imbang ini, Vietnam yang tampak superior di Asia Tenggara ini, harus puas menjadi runner up klasemen sementara grup di bawah Indonesia. Sesuatu yang nampaknya tak bisa diterima Park Hang Seo cs.

Lalu bagaimana selanjutnya? Malaysia? Perjalanan fase grup Piala AFF 2020 belum berakhir karena masih ada Malaysia yang belum ditaklukkan. Hasil imbang saja sudah membuat Indonesia dapat lolos ke babak semifinal.

Menurut saya, hal itu sangat mungkin. Bukan bermaksud jumawa namun fleksibilitas taktik Shin Tae-Yong berdasarkan lawan yang akan dihadapi adalah modal berharga bagi Indonesia saat ini. Shin Tae-Yong nampaknya memilih untuk menang daripada tampil cantik dan menyerang tapi tanpa hasil. Artinya, melawan Malaysia, Shin Tae-Yong sudah punya cara tersendiri. Tunggu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun