Seperti koor paduan suara, orang rumah yang menyaksikan laga antara Anthony Ginting melawan Chen Long  di semifinal Olimpiade Tokyo 2020 berkata; Ginting sudah berusaha tetapi Tuhanlah yang menentukan.
Ah, frasa ini memang benar, jika bicara perspektif takdir, tetapi jika bicara soal teknis, maka sesederhana ini; Chen Long tampil lebih baik dari Ginting, bahkan menurut saya mendekati sempurna.
Di rumah, saya bisa dikatakan paling optimis bahwa Ginting akan menang akan Chen Long, bahkan saya berkoar bahwa kemenangan atas Chen Long bisa dikatakan akan lebih mudah dari kemenangan atas tunggal Denmark, Anders Antonsen.
Ada dua alasan, pertama, head to head Ginting atas Chen Long yang tergolong baik. Ginting menang 8 kali dari 12 pertemuan atas Chen Long.Â
Tulisan berbagai media bahkan menyanjung Ginting sebagai satu dari dua orang di muka bumi yang bisa melakukan itu. Salah duanya adalah Lee Chong Wei. Hebat kan?
Alasan kedua adalah gaya permainan Ginting. Saya kira ini adalah faktor yang utama. Ginting tidak disukai oleh Chen Long karena Ginting sering mengajak duel di depan net.Â
Netting Ginting sering membuat Chen Long mati langkah dan tidak mampu mengembalikan dengan baik.
Akan tetapi dua catatan itu hancur-sehancurnya dalam laga semifinal tadi. Yang di atas kertas catatan head to head, kepala ke kepala, jadi seperti kaki ke kaki, tak ada guna, karena Chen Long malah melibas Ginting dengan mudah, straight set, 21- 16, 21- 10.
Soal pola permainan. Hmm, ini yang saya bahkan tak habis pikir. Chen Long tampil tanpa cela di depan net, bahkan membuat Ginting terpaksa banyak melakukan banyak kesalahan sendiri di daerah kekuasaannya tersebut.
Ginting memang sempat merubah pola permainan dengan bermain agresif di interval kedua, tujuannya adalah menyerang kedua sisi Chen Long dengan smash tajamnya. Ternyata, roh apa yang memasuki Chen Long, pertahanan Chen Long kuat sekali.