Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Terima Kasih Ahsan/Hendra, Sudah Cukup!

30 Juli 2021   18:37 Diperbarui: 30 Juli 2021   19:45 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan I gambar  Kompas.com

Saya meletakan asa pada tempatnya. Tak mau terlalu berlebih kala menyaksikan laga antara Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan melawan pasangan Taiwan, Lee Yang/Wang Chi Lin di babak semifinal Olimpiade Tokyo 2020.

Saya tahu bahwa saya berhak untuk menjagokan Ahsan/Hendra karena head to head mereka yang unggul atas Lee/Wang dengan 6-4.

Akan tetapi saya juga sadar bahwa dalam dua pertemuan terakhir Ahsan/Hendra ditekuk oleh Lee/Wang yang memang tampil superior di turnamen BWF sebelum Olimpiade ini.

Dan itulah yang terjadi, dalam laga yang berlangsung di Musashino Forest Sport Plaza , Lee /Wang nampak terlalu tangguh bagi Ahsan/Hendra.  The Daddies ditekuk dua set langsung, 11-21, 10-21.

Saya sempat dibuat bersuka ketika Ahsan/Hendra sempat unggul 3-0 di awal set pertama. Tetapi sesudah itu, bisa dibilang Ahsan/Hendra dibuat babak belur oleh Lee/Wang.

Semua cara sudah dicoba Ahsan/Hendra. Shuttle cock terus dijaga tetap di bawah agar Wang Chi-Lin tidak dapat melepaskan smash kerasnya, tetapi percuma.

Apa sebab? Lee Yang di depan net mampu tampil apik, bukan saja cepat dalam beradu drive dengan Ahsan atau Hendra tetapi akurasi penempatan bolanya juga berjalan sempurna.

Sebaliknya, ketika skenario bermain cepat dan bermain rendah itu gagal, maka Ahsan/Hendra hanya mampu menerima apa adanya. Kok tak lewat, atau terpaksa harus memungut bola di lapangan sendiri ketika smash lawan tak sempurna dikembalikan.

Beberapa kali dalam rehat, pelatih Herry IP sudah menginstruksikan ini dan itu, tetapi ya percuma. 

Kalah 11-21 di set pertama, di set kedua tak sekalipun Ahsan/Hendra mampu mengejar ketinggalan dan dibabat denga skor lebih telak 10-21. 

Lee Yang/Wang Chi-Lin bersuka, berteriak keras seusai laga mensyukuri keberhasilan mereka melaju ke babak final. 

Ahsan/Hendra yang namapk lunglai lalu bergerak menyelemati bahkan memeluk Lee Yang. 

Ahsan/Hendra tersenyum kecut, pasti kecewa, tetapi  apa mau dikata, mereka sudah melakukan yang terbaik.

***

Bagi saya, tak ada kata lain yang bisa diucapkan untuk Ahsan dan Hendra kecuali kata; "Terima Kasih".

Kedua pria ini sudah maksimal membawa nama bangsa di Olimpiade Tokyo 2020 ini. 

Usia mereka tak muda lagi, Ahsan sudah 33 tahun sedangkan Hendra bahkan sudah akan berusia 37 tahun di Agustus ini.

Panggilan untuk membawa nama bangsa membuat mereka pada akhirnya yang menjadi garda terakhir di sektor ganda putra, sektor yang amat dibanggakan Indonesia.

Mereka terpaksa memikul beban berat di semifinal sendirian setelah secara mengejutkan Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon harus tersingkir di babak perempatfinal. 

Sayangnya, mental bermain Kevin/Marcus tak siap ternyata untuk ajang seprestisius Olimpiade.

Ahsan/Hendra terus berdiri tegak.  Melupakan kekalahan The Minions. dan ingin tetap fokus menjalani laga semifinal sebaik-baiknya,

Tangan yang tak secepat anak-anak muda yang usianya hampir berselisih sepuluh tahun itu terus diusahakan untuk bergerak sekuat tenaga.

Kaki-kaki yang harus diberi perlakukan khusus karena tak sekokoh beberapa tahun lalu itu juga mesti menapak di lapangan demi Indonesia.

Akan tetapi, begitulah, Ahsan/Hendra sudah tak mampu. Lawan bukan saja lebih muda, tapi dapat dikatakan lebih cepat dan lebih taktis.

Sudah cukup bagi Ahsan dan Hendra. 

Olimpiade Tokyo 2020 ini dapat disebut akan menjadi Olimpiade terakhir mereka setelah di Rio de Janeiro 2016 mereka tampil buruk karena tak lolos dari fase grup sekalipun.

Ahsan/Hendra sudah berusaha memberikan terbaik untuk Indonesia. Puluhan gelar turnamen membuat Merah Putih berkibar dimana-mana, termasuk medali emas di Asian Games Incheon 2014.

Kita memang berharap lebih dari mereka, tetapi sudah lebih dari cukup apa yang telah diberikan mereka untuk bangsa ini. 

Mungkin mereka masih akan antusias untuk bermain di level BWF saja, tetapi di Olimpiade, sekali lagi, ini adalah pencapaian terbaik mereka.

Saya berusaha jujur dengan mengatakan bahwa kekalahan ini terlalu mudah bagi ganda sekuat Ahsan/Hendra.

Akan tetapi saya juga tak mau kesedihan itu membuat saya tidak mampu menghargai apa yang pernah dilakukan Ahsan/Hendra bagi Indonesia.

Harap kecil saya. Kekalahan ini dapat memotivasi para atlit ganda putra yang lebih muda, bahwa pada Olimpiade Tokyo 2020, The Daddies bernama Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan sanggup melangkah dan berada di garis paling akhir.

Sesudah laga ini Ahsan/Hendra masih akan bertanding melawan pasangan Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik yang dalam laga semifinal lainnya kalah dari ganda China, Li Junhui/Liu Yuchen.  

Ahsan/Hendra masih akan berjuang untuk merebut Medali Perunggu.

Dengan medali, atau tanpa medali, saya kira Ahsan/Hendra patut mendapat apresiasi tertinggi. Terima Kasih Ahsan/Hendra!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun