Penjelasan sederhana itu begini. Snatch itu mengangkat barbel langsung ke atas kepala, sedangkan clean and jerk itu masih membolehkan lifter menahan barbel di dada sebelum mengangkat tinggi.
Nah, dari total dua tahap itulah maka akan dijumlah dan siapa yang meraih total berat tertinggi dia akan meraih medali emas, perak dan perunggu .
Meski pernah meraih perak di olimpiade sebelumnya, dapat disebut tak mudah bagi Eko Yuli akan menjuarai kelas ini.Â
Alasannya karena kelas 61 kg ini dianggap sebagai kelas neraka atau memiliki nilai kompetitif tertinggi disebabkan ada dua juara dunia yang akan bertarung.Â
Eko Yuli adalah juara dunia 2018 sedangkan pesaing terberatnya, Li Fabin asal China adalah juara dunia 2019.
Sahih, seperti yang saya saksikan, kompetisi keduanya bisa dianggap paling ketat, ketika para kompetitor lain malah susah payah mendekati keduanya.
Di sesi snatch misalnya. Ketika para kompetitor lain dari Kazakhtan, Arab Saudi atau bahkan dari Jepang susah payah mengangkat barbel seberat 130 kilo, Eko Yuli sudah berhasil mengangkat 137 kg di kesempatan pertamanya.
Li Fabin dari China itu bahkan gagal mengangkat 137 kg di kesempatan pertama.Â
Sayang, harapan saya bahwa Eko akan menembus 141 kg di kesempatan kedua, gagal. Kaki Eko terlihat goyah, belum sampai kedua lengannya lurus, besi itu harus dilepasnya.
Li Fabin malah yang seperti termotivasi dengan kegagalannya di upaya pertama.Â
Di kesempatan kedua dia berhasil membalas utangnya 137 kg bahkan mampu mengangkat 141 kg di kesempatan ketiga.Â