Italia menuai hasilnya, dalam prosesnya bola memang sudah dihentikan bek tengah Spanyol, Aymerec Laporte, tetapi reboundnya masih bisa dijangkau oleh Chiesa, dan melalui pressing kick cantik, kiper Unai Denis yang sebenarnya nampak lebih banyak santai di babak pertama, berhasil ditaklukkannya.
Sesudah itu, Italia bahkan berbalik menguasai laga. Mancini juga mengubah pola Italia menjadi false nine dengan menarik Immobile lalu memasukkan Berardi dengan Insigne menjadi titik pusat pivotal.
Giliran Luis Enrique di kubu Spanyol  yang pusing. Dia terpaksa membuat La Furia Roja mengkhianati false nine karena dalam posisi ketinggalan.Â
Duet striker yang disimpan oelh Enrique di babak pertama, Alvaro Morata dan Gerard Moreno dimasukkan dalam waktu berdekatan.
Kontra strategi ini untuk beberapa saat belum berhasil, hanya Morata yang lebih cepat, dan pintar dalam penempatan posisi sudah mulai merepotkan lini belakang Italia, meskipun secara permainan, Italia masih percaya diri.
Mancini juga memasukkan Marco Pessina dan Locatelli untuk menjaga kedalaman bertahan Italia, dan saya yakin hal ini membuat pendukung Italia, Azzurini hingga menit ke-80 sudah semakin yakin Italia akan lolos ke babak final.
Akan tetapi sepakbola selalu sulit untuk diduga. Kejadian yang tak diinginkan terjadi bagi Italia, operan satu dua sederhana dari Dani Olmo dan Morata berhasil mengoyak gawang Donnaruma di menit ke-80. Skor berubah menjadi, Â 1-1.
Tensi laga berubah, Italia tertekan sesudah itu. Kontra strategi dengan mengganti pemain, membuat mereka harus membangun lagi transisi untuk menyerang, ketika pada kenyataannya kepercayaan diri Spanyol semakin meningkat.
Bukan saja dalam waktu tersisa hingga wasit Felix Brych meniup peluit panjang 90 menit, tetapi dalam perpanjangan waktu 1 x 15 menit, Italia benar-benar dibuat menderita oleh Spanyol. Italia dikurung dan dipaksa tak mampu melakukan serangan berbahaya.
Sampai di titik ini, mungkin ada yang sudah bergumam, Italia sudah habis.Â
Hanya, mungkin banyak yang lupa bahwa pergerakan pemain Spanyol yang spartan menguasai dan memainkan bola, selalu mempunyai kelemahan yakni, stamina yang cepat terkuras. Dalam beberapa kesempatan, Luis Enrique juga mengungkapkan hal tersebut, menjaga tiki taka terus berjalan beresiko secara stamina.Â