Di dalam situasi yang tak biasa tersebut, akhirnya eksekusi Mike Oryzabal membuat mimpi besar Swiss itu buyar, para pemain Swiss tertunduk lelah sesudah berjuang setengah mati. Di sisi lain, Luis Enrique berjingkrak-jingkrak dengan  para pemainnya.
La Furia Roja nampaknya memang tampil tak istimewa di lapangan hijau, tetapi takdir membuat mereka nampak sukses menjadi Pemberi Harapan Palsu (PHP) bagi Swiss dan pendukungnya.
Italia Mengalahkan Belgia dengan Identitas Barunya
Di Allianz, Munich, Jerman, Â laga yang lebih seru terjadi. Super big match, mempertemukan Belgia Vs Italia.
Dugaan saya sebelum pertandingan, kedua tim akan bermain dengan hati-hati.
Bahkan, saya menyebut demikian. Belgia yang biasanya cepat akan tampil perlahan, dan Italia mungkin akan kembali ke identitas aslinya, cattenacio, sistim grendel untuk menghalau lini depan tajam Belgia yang mengandalkan Romelu Lukaku.
Saya setengah keliru. Belgia memang tampil hati-hati. Secara taktik, Roberto Martinez bahkan memerintahkan anak asuhnya untuk bertahan lebih dalam, lalu mengandalkan serangan balik memanfaatkan kecepatan De Bruyne, Lukaku dan Jeremy Doku--pemain yang sangat cepat.
Belgia bahkan tampil lebih Italia dengan semi sistim grendel. Tiga bek dipasang, Vermaelen, Adelweird dan Vertonghen rapat di belakang dengan dua bek sayap yang kali ini jarang overlap, Thorgan Hazard dan Thomas Munier.
Italia? Roberto Mancini ternyata tetap tampil dengan berani. Identitas baru Italia yang atraktif dan agresif tetap dipertahankan. Italia bahkan tampil lebih Belgia daripada Belgia sendiri. Tampil dengan gaya, stylish.
Bola-bola dialirkan dengan mulus, gelombang serangan terus dilakukan, meski dalam situasi unggul sekalipun---minimal hingga sebelum Leonardo Spinazzola harus keluar karena cedera.
Itulah yang membuat saya tidak heran dan yakin bahwa Italia akan menang meskipun di awal laga gol Leonardo Bonnuci sempat dianulir wasit pada menit ke-13.