Di Swiss mereka disebut dengan gastarbajters. Sebuah istilah yang terpaksa diterima oleh mereka karena keadaan dan situasi yang terjadi di asal negara mereka.
Mereka ini adalah imigran yang datang dari Yugoslavia untuk mendapatkan kebebasan, secercah kebahagiaan di tengah situasi perang di negaranya.
Di Swiss gelombang kedatangan gastarbajters sudah dimulai sejak 1980-an, dan eskalasi semakin meningkat pada 1990-an dan awal 2000-an sebagai konsekuensi dari perang Yugoslavia dan Perang Kosovo.
Jumlah  gastarbajters, semakin bertambah, pada tahun 2009 saja, data menunjukkan bahwa jumlah imigran telah mencapai setengah juta orang , atau setara dengan 6,5 persen dari jumlah populasi Swiss saat itu.
Persoalan nampaknya tidak selesai untuk gastarbajters setelah sampai di Swiss. Persoalannya bukan saja pada integrasi dengan masyarakat asli Swiss berkaitan dengan catatan-catatan buruk tentang gastarbajters ini di Swiss.
Akan tetapi juga berkaitan dengan status kewarganegaraan mereka di Swiss, dimana meskipun mereka sudah tinggal di Swiss tetapi sistim membuat mereka tetap berkewarganegaraan asli. Tentu saja ini tidak  nyaman bagi mereka, ini berarti  keberadaan mereka terus dievalusi, dengan pendataan yang ketat.
Di dalam keadaan tersebut, pembatasan ada di berbagai sektor. Gastarbajters tidak memiliki ruang yang sama luas dengan warga lainnya, bukan saja berkaitan dengan hak sosial mereka hingga pengakuan untuk prestasi mereka di berbagai bidang.
Misalnya di sepakbola. 20 tahun yang lalu, di era 1990-an, Timnas Swiss hanya bisa diisi oleh para pemain yang merupakan warga negara asli. Penikmat bola dari era tersebut pasti akan mengingat nama striker, Stephane Chapuisat, Â Marc Hottinger atau Alain Sutter.
***
Di era tersebut, seorang anak imigran bernama Haris Seferovic sedang berada di persimpangan. Orangtuanya memboyong Seferovic karena situasi yang tidak menentu karena perang Bosnia. Kedua orangtuanya yang hanya masuk dalam kelas pekerja memilih menetap di Swiss dengan status pengungsi.
Seferovic amat menyukai sepakbola. Berjuang dalam situasi yang tak mudah tersebut, Seferovic tak patah arang, dia terus berjuang dan hasilnya karir sepakbola Seferovic terus meningkat.
Potensi Seferovic, diendus oleh Timnas U-17 Swiss---di level ini persyaratan tidak terlampau sulit untuk imigran. Seferovic lalu dipanggil membela Timnas U-17 Swiss. Â
Di U-17, Seferovic tampil hebat dan menjadi top skor bagi Swiss, namun keraguan masih ada di dalam dirinya.
Kebebasan untuk memilih kewarganegaraan bagi pemain muda, membuat di tahun berikutnya, Seferovic berbeda seragam dengan tampil bersama tim nasional dari tanah kelahirannya, Bosnia.
Bahkan tak main-main, Â Seferovic mendapat penghargaan secara personal oleh Bosnia. Jika di level senior, Edin Dzeko dinobatkan sebagai pemain terbaik, maka Seferovic menjadi yang terbaik di level U-19.
Banyak pihak merasa bahwa Seferovic pantas untuk memilih tanah kelahirannya Bosnia, karena pengakuan yang telah diterimanya, tetapi Seferovic memilih sebaliknya, dia memilih untuk membela Swiss.
Padahal, ayahnya yang bernama Hamza sekarang sudah memiliki usaha kecil di daerah kecil di Bosnia, yang berarti bahwa Seferovic pung akan sering menengok ayahnya.
Seferovic memang tak pernah mengingkari bahwa darah Bosnianya sangat kental, akan tetapi Seferovic menyadari bahwa dirinya juga berhutang pada Swiss, negara yang menjadi peraduan keluarganya di masa sulit.
Seferovic tampil hebat bersama dengan timnas Swiss di Piala Dunia 2014, dan menurut pelatih Swiss saat itu, Ottmar Hitzfiel, Seferovic  ingin membalas budi pada Swiss melalui sepakbola.
"Mereka mengatakan kepada saya bagaimana mereka berhutang budi kepada Swiss dan akan dengan senang hati membalasnya lewat sepak bola" kata Hitzfield.
***
Mereka? Ya, sekarang, di tim nasional Swiss, Seferovic tidak sendirian sebagai pemain yang berasal dari keluarga imigran.
Pemain yang diandalkan seperti Granit Xhaka, Xherdan Shaqiri, Valon Berahmi adalah sedikit dari pemain timnas yang memiliki serupa dengan Seferovic.
Jika Seferovic berasal dari Bosnia, maka Granit Xhaka, Shaqiri dan Berahmi berasal dari keluarga imigran dengan latar belakang negara, Â Kosovo.
Gelandang Admir Mehmedi berasal dari campuran Makedonia-Albania, bek kiri flamboyan, Ricardo Rodriuez memiliki darah Spanyol dan Chile.
Bukan hanya dari Eropa Timur saja, tetapi dari Afrika juga terwakili dengan kehadiran  Breel Embolo dan Dimitri Oberlin yang berasal dari Kamerun.
Sebagai informasi, Â sebenarnya pionir dari bergabungnya para imigran di timnas Swiss, bukan Seferovic dan pemain lain ini, tetapi jika penikmat bola ingat, ada Ciriao Sforza, gelandang jenius Swiss yang terkenal pada Piala Dunia 1994, yang berasal dari Italia.
Hanya memang, Italia seperti tidak dianggap sebagai imigran kelas bawah, karena bukan menjadi imigran karena perang dan sejenisnya. Sesudah Sforza, penjaga gawang veteran, Diego Benaglio dan gelandang Tranquillo Barnetta juga mewakili Italia.
Jika bicara laga di sepak bola, darah Seferovic dan rekan-rekannya ini seperti mendidih, mereka mempunyai semangat yang luar biasa untuk melakukan yang terbaik bagi Swiss.
Di Euro 2020 ini, hal itu terlihat jelas. Seferovic tampil menggila, dan menjadi aktor kunci atas kemenangan Swiss atas juara Piala Dunia 2018, Prancis di babak knockout 16 besar.
Dia bergerak cepat, menempatkan posisi dengan baik, dan melompat selalu lebih tinggi dari para bek Prancis untuk menjebol gawang Lloris melalui sundulan sampai dua kali.
Di lini tengah, Granit Xhaka dan Shaqiri, saling padu bergerak memporak-porandakan pertahanan Prancis, yang keteteran melihat semangat juang mereka yang terlihat berlipat ganda.
Semangat dari para gastarbajters inilah yang patut diwaspadai Spanyol sebagai lawan di babak perempatfinal.
Spanyol seperti Prancis dianggap lebih unggul atas Swiss dari atas kertas, tetapi kehadiran Seferovic yang ingin membalas budi, dan membuktikan bahwa kehadiran mereka akan membawa Swiss semakin berjaya, akan mendorong mereka untuk tampil lebih dari 100 persen kekuatan mereka.
Kita pasti akan melihat Seferovic dan Embolo yang akan terus bergerak di depan tanpa lelah, di tengah Granit Xhaka dan Shaqiri tampil kuat sedangkan di belakang Akanji dan Ricardo Rodriguez menjadi tembok tebal bagi lawan.
Perhatikan saja, para gastarbajters ini bisa saja kembali membuat Swiss dapat membuat kejutan di Euro 2020 dengan mengalahkan Spanyol. Bisa saja.
Referensi  :
Haris Seferovic secures hero status in Switzerland after all the scorn, TheGuardian.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H