"Don't worry about a thing. 'Cause every little thing is gonna be alright"-- Bob Marley.
Saya pikir, jika ada yang menyebutkan nama Jamaika, anda pasti langsung teringat akan dua hal; musisi legendaris nan jenius, Bob Marley dan tentu saja musik asyik bernama reggae.
Bob Marley bernama lengkap Robert Nesta Marley. Pria yang lahir pada 6 Februari 1945 di St. Anne, Nine Mile, Jamaika dari pasangan Norval Sinclair yang orang Inggris dan seorang Ibu Jamaika bernama Cederilla Booker ini berhasil mempengaruhi Jamaika dan dunia melalui reggae.
Ribuan atau bahkan jutaan orang seperti terhipnotis ketika menyenandungkan reggae, atau mendengarkan musik itu, tetapi lebih daripada itu, bahwa selama akhir tahun 1970-an, Marley sebenarnya sedang meneriakkan sesuatu yang kuat melalui musiknya itu.
Melalui musik reggae, Marley sebenarnya sedang mempromosikan perjuangan emansipasi di dunia ketiga, berkaitan tentang diskriminasi serta tindakan rasis yang sangat kejam, karena masih kuatnya penilaian berdasarkan warna kulit, sehingga orang kulit hitam dihina dan bahkan dikucilkan.
Melalui reggae, Marley bukan bukan saja mengajak untuk memberontak kepada segala bentuk ketidakadilan itu, tetapi juga menjadi jawaban bahwa sebenarnya ada harapan untuk kehidupan yang lebih baik, yang bisa diperjuangkan, diraih atau direngkuh.
Maka tak heran, tidak sedikit lagu-lagu reggae melantunkan nada-nada riang, penikmat musik. dibawa ke keindahan dan suasana cerah dari sekitar pantai Karibai dengan angin sepoi yang meneduhkan pohon-pohon kelapa dengan daunnya yang melambai.
Disitulah orang-orang yang berduka dan terpinggirkan mendapatkan asa, karena di balik setiap hal yang buruk sebenarnya akan ada kegembiraan, mari terus menari penuh keriaan. Hidup pasti lebih baik.
Saya tentu tidak akan melanjutkan tentang Marley lagi, apalagi sampai pada kenyataan bahwa Bob Marley harus meninggal muda dalam usia 36 tahun, pada 11 Mei 1981, di rumah sakit Miami, Florida.